Keboncinta.com- Mungkin belum banyak masyarakat Indonesia yang mengetahui atau bahkan pernah mendengar nama Pesantren Kebon Cinta atau Pesantren Wirausaha Kebon Cinta. Nama yang terdengar unik dan jauh dari kesan “Ngarab”, bahkan ada yang menilai tidak “Islamy”.
Kesan itu wajar muncul. Sebab, bagi sebagian orang, pesantren identik dengan nama-nama berbahasa Arab atau istilah keislaman yang kuat.
Maka, tak sedikit yang heran, tersenyum geli, atau bahkan meragukan keseriusan saat mendengar nama “Kebon Cinta”.
Namun di balik nama yang terkesan nyeleneh itu, tersembunyi filosofi yang dalam.
Pesantren ini berdiri di pertengahan tahun 2018, di bawah naungan Yayasan Pesantren Kebon Cinta. Meski baru seumur jagung, pesantren ini membawa semangat baru dalam dunia pendidikan Islam.
Pendiri pesantren ini bukan berasal dari trah pesantren, bukan pula keturunan dari ulama pesantren legendaris. Justru dari situlah, lahir keberanian untuk menghadirkan sesuatu yang berbeda.
Baca Juga: Menulis Autobiografi: Cara Siswa MA Kebon Cinta Mengenal Diri Lewat Kata
“Nama Kebon Cinta dipilih bukan untuk lucu-lucuan. Tapi karena kami ingin membangun tempat yang menanam dan merawat cinta,” ujar salah satu pengasuh pesantren kepada tim Keboncinta.com.
Cinta kepada Tuhan, cinta kepada sesama manusia, cinta kepada lingkungan, dan cinta kepada bangsa. Itulah empat nilai utama yang dijadikan fondasi dalam proses pendidikan di Pesantren Kebon Cinta.
Inspirasi nilai-nilai cinta ini sejalan dengan gagasan Kurikulum Cinta, sebuah pendekatan pendidikan yang menanamkan kasih sayang, toleransi, dan penghargaan terhadap perbedaan.
Baca Juga: Apakah Pesantren Kebon Cinta Terapkan KURIKULUM CINTA yang Dicanangkan Kemenag? Begini Penjelasannya
Kurikulum ini sempat diperkenalkan saat Kementerian Agama dipimpin oleh Prof. Nasaruddin Umar, meski Pesantren Kebon Cinta sendiri tidak ditunjuk secara resmi sebagai pilot project.
Di Balairung Yayasan Pesantren Kebon Cinta, terpajang lukisan tokoh besar Nahdlatul Ulama, KH. Hasyim Asy’ari.
Hal ini menandakan bahwa pesantren ini memiliki afiliasi nilai dengan tradisi keislaman ala Nahdliyin yang ramah, teduh, dan membumi.
Meski belum banyak dikenal, dan bahkan mungkin belum terdengar oleh jajaran Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kemenag, pesantren ini terus konsisten menerapkan pendekatan berbasis kasih sayang dalam mendidik santri.
Di sinilah cinta ditanam, bukan hanya dalam kata, tapi dalam perilaku dan interaksi sehari-hari.
Jadi, kalau ada yang bertanya, “Pesantren kok namanya Kebon Cinta?”, jawabannya sederhana: karena di sinilah cinta tumbuh dan dirawat.***