“Setiap Anak Istimewa : Menghapus Stigma Anak Nakal dan Nilai Rendah”

Keboncinta.com – Tidak elok rasanya jika kita sebagai manusia biasa sering menghakimi anak-anak yang nilainya di bawah rata-rata atau bahkan perilakunya nakal tak seperti teman sebayanya akan tumbuh menjadi pribadi yang gagal. Sekali lagi premis ini masih sangat mentah untuk diyakini.

Pertama manusia adalah makhluk yang sangat dinamis buktinya jutaan sel dalam tubuh tiap detik berubah sesuai dengan kondisi homeostatisnya. Perubahan sel ini memicu perubahan sistem kerja baik syaraf maupun organ yang berpengaruh terhadap cara kita berpikir, merespons lingkungan hingga menciptakan sebuah tindakan.

Bisa jadi anak yang kurang menonjol di satu bidang bisa sangat menonjol di bidang lain dan tak ada standar umum bahwa anak yang hebat atau sukses adalah mereka yang punya nilai bagus di akademiknya saja. Lantas bagaimana dengan mereka yang justru menonjol dibidang seni atau olahraga dan kreatifitas lainnya?

Pemahaman tentang potensi anak sejak dini akan sangat membantu mengarahkan mereka pada karir yang akan dijalani di masa depan. Meski demikian, orang tua atau pengasuh harus tetap membuka pilihan yang lebar untuk mereka.

Kedua sekolah tidak hanya untuk mencari kerja. Premis ini semakin sering dipahami kebalikannya apalagi di jaman modern yang semakin sulit menemukan pekerjaan. Dulu sangat kental persepsi bahwa kalau ingin kerja lebih baik masuk SMK dan kalau ingin kuliah pilihlah SMA (tidak salah juga, tapi tidak sepenuhnya benar hehe).

Setelah menjalani beberapa pekerjaan dan bidang yang berbeda saya menyimpulkan bahwa jenis sekolah yang kita pilih tidak terlalu menentukan kualitas karir kita (bukan hanya label sukses yang cenderung dimaknai dengan pencapaian/materi) tapi ada faktor penting yaitu “Growth Mindset”.

Sederhananya jika kita merasa gagal atas pilihan pekerjaan yang awalnya sesuai dengan jurusan atau sekolah kita lantas kita sadar bisa jadi potensi kita ada di bidang lain yang selama ini belum tersentuh atau terasah dengan baik (konsep growth mindset yang saya pahami). Kembali ke premis awal bahwa proses pendidikan di sekolah maupun pembelajaran di masa lalu tidak serta merta bisa langsung menentukan seseorang akan menjadi apa, jadi tidak apa-apa kalau apa yang kita anggap cocok di awal saat ini terasa buruk (ambil hikmahnya saja).