Tugu Bagus Rangin di Desa Kedondong: Monumen Perlawanan Rakyat yang Terlupakan dalam Sejarah Nasional

Ki Bagus Rangin adalah seorang pemimpin gerakan perlawanan terhadap Kolonialisme Belanda di wilayah Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan pada Abad ke 19. Ki Bagus Rangin adalah seorang pemimpin gerakan perlawanan terhadap Kolonialisme Belanda di wilayah Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan pada Abad ke 19.

keboncinta.com– Di tengah hiruk-pikuk pembelajaran sejarah nasional yang didominasi kisah Pangeran Diponegoro atau Tuanku Imam Bonjol, tersembunyi sebuah monumen bersejarah di Desa Kedondong, Kecamatan Susukan, Kabupaten Cirebon.

Tugu Bagus Rangin ini menjadi saksi bisu perlawanan heroik rakyat kecil melawan penjajah Belanda pada 1802-1818. Ironisnya, kisah perjuangan Bagus Rangin justru absen dari buku teks sejarah kita.

Bagus Rangin: Pejuang Rakyat yang Menggetarkan Kolonial 

Menurut penelitian Yulia Sofiani dan Silvi Andriyani (2021) dalam jurnal Historia, Bagus Rangin adalah tokoh sentral perlawanan rakyat Cirebon yang memimpin pemberontakan petani melawan kesewenang-wenangan Belanda dan para penguasa lokal.

Baca Juga: Gurunya Satu Tugasnya Segunung: Seharusnya AI Bukan untuk Menggantikan, tapi Memperkuat Peran Pendidik

Perlawanan ini dipicu oleh sistem sewa tanah oleh partikelir Tionghoa yang menyengsarakan petani (Supramono, 2008).

Yang membedakan perlawanan Bagus Rangin adalah sifatnya yang populis – melibatkan petani, nelayan, dan rakyat jelata tanpa dukungan elit kerajaan.

Dalam jurnal tersebut dijelaskan bahwa Bagus Rangin bahkan memanfaatkan khutbah Jumat untuk menyebarkan semangat perlawanan (Sofiani & Andriyani, 2021:13).

Baca Juga: Ini Dia Tips Menggoreng Cimol, Cireng, dan Olahan Tepung Kanji Lainnya Agar Tidak Meledak!

Tugu yang Terlupakan: Potensi Besar yang Tak Tergarap

Tugu Bagus Rangin di Desa Kedondong seharusnya menjadi situs sejarah bernilai tinggi. Penelitian Sofiani & Andriyani (2021) mengungkapkan tiga potensi utama tugu ini:

  1. Sumber Belajar Kontekstual: Memuat empat aspek pembelajaran – historis, patriotisme, persatuan, dan cinta tanah air.
  2. Media Pembelajaran Aktif: Cocok untuk metode field trip sejarah.
  3. Simbol Perlawanan Lokal: Mewakili perjuangan rakyat kecil yang sering terabaikan.

Namun faktanya, tugu ini justru terancam terlupakan karena:

  • Lokasinya belum banyak dikenal
  • Minimnya informasi dan prasasti penjelas
  • Tidak masuk dalam kurikulum pendidikan (Ricklefs, 2008)

Baca Juga: Perluas Kerja sama Internasional, UIN Saizu Purwokerto Tandatangani MoU dengan Mindanao State University Filipina

Mengapa Kisah Ini Penting?

  1. Meluruskan Narasi Sejarah: Sejarawan Sartono Kartodirdjo (1984) dalam Pemberontakan Petani Banten menegaskan bahwa perlawanan akar rumput seperti ini justru lebih autentik menggambarkan penindasan kolonial.
  2. Pendidikan Karakter: Nilai-nilai kepemimpinan, keberanian, dan solidaritas dalam perjuangan Bagus Rangin relevan untuk generasi muda (Hasan, 2012).
  3. Pelestarian Memori Kolektif: Sebagaimana ditegaskan Tanudirdjo (1997), monumen sejarah adalah media penting untuk memelihara identitas lokal.

Rekomendasi untuk Kebangkitan Tugu Bagus Rangin

Berdasarkan penelitian Sofiani & Andriyani (2021), ada beberapa langkah strategis:

  1. Integrasi ke Kurikulum: Memasukkan materi perlawanan Bagus Rangin dalam muatan lokal sejarah Jawa Barat.
  2. Pengembangan Wisata Edukasi: Menggunakan field trip sejarah dengan pendekatan CTL (Contextual Teaching Learning).
  3. Revitalisasi Situs: Penambahan prasasti informatif dan p usat dokumentasi sejarah.

Tugu Bagus Rangin bukan sekadar tugu, melainkan simbol perlawanan rakyat kecil yang pantang menyerah.

Sebagaimana dikatakan Sofiani & Andriyani (2021), “Monumen ini menyimpan potensi besar sebagai laboratorium sejarah hidup yang bisa menginspirasi generasi muda.” Sudah saatnya kita memberi tempat layak bagi para pahlawan lokal seperti Bagus Rangin dalam narasi sejarah nasional kita.***

Sumber:

  • Sofiani, Y. & Andriyani, S. (2021). Pemanfaatan Tugu Ki Bagus Rangin sebagai Sumber Belajar Sejarah. HISTORIA: Jurnal Pendidikan Peneliti Sejarah.
  • Kartodirdjo, S. (1984). Pemberontakan Petani Banten 1888. Jakarta: Pustaka Jaya.
  • Ricklefs, M.C. (2008). Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Jakarta: Serambi.
  • Supramono, N. (2008). Peran Bagus Rangin dalam Pemberontakan Rakyat Cirebon 1802-1818. Universitas Sanata Dharma.
  • Tanudirdjo, D.A. (1997). Arkeologi Pasca Modern untuk Direnungkan. Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.