Keboncinta.com – Sebagai makhluk yang diciptakan istimewa di seluruh semesta raya ini Engkau titipkan sarana beradaptasi dengan lingkungan berupa keteraturan simbol suara yang begitu menakjubkan.
Melalui kemampuan ini semua manusia di bumi bisa belajar memahami pesan yang datang dari ide, pemikiran bahkan perasaan seseorang. Ia bernama lisan.
Kiasan yang sering digaungkan oleh para bijaksana seperti halnya ketajaman pedang yang mampu merobek sesuatu yang bergesekan dengannya.
Ia mampu mengubah perasaan sedih menjadi bahagia, luka menjadi sejahtera bahkan ketenteraman menjadi malapetaka.
Insan paling mulia di jagad raya ini pun pernah menyampaikan makna penting berbunyi “ Barangsiapa yang beriman kepada Allah SWT dan Hari Akhir hendaknya ia berkata baik atau lebih baik diam” (HR. Al – Bukhari dan Muslim).
Sayangnya pesan yang amat mulia ini tidak lekas diindahkan oleh sebagian besar kalangan terutama di jaman yang semakin mengedepankan viralitas tanpa makna seperti sekarang ini.
Baca Juga: Teori Masuknya Agama Hindu-Buddha di Indonesia: Mana yang Paling Bisa Diterima?
Penelitian yang saya lakukan kepada 2 individu dengan pengalaman kekerasan di masa kanak-kanak cukup memberikan gambaran betapa tajamnya lisan sungguh-sungguh mampu melukai sisi batin seseorang hingga menimbulkan trauma berkepanjangan.
Ingatan yang kuat tentang kata-kata kasar penuh muatan kebencian itu menjadi luka yang datang berulang bersama perasaan tidak berharga sebagai manusia.
Begitu berisikonya dampak lisan kepada penerimanya, sang bijak pun berpesan “Lidah tidak bertulang” seolah mengingatkan kita untuk amat berhati-hati dengannya.
Semoga diri ini bisa sungguh-sungguh berkomitmen menjaga lisan untuk saling menjaga dampak buruk yang bisa sangat berbahaya bagi orang lain. Aamiin yaa Rabbal’alamin.***