Kenapa Kita Berisik Saat Guru Menjelaskan, Tapi Diam Saat Disuruh Bertanya?

keboncinta.com – Pernahkah kamu memperhatikan, saat guru sedang menjelaskan pelajaran, kelas jadi ramai dan berisik? Tapi begitu guru meminta kita bertanya, suasana tiba-tiba hening dan banyak yang memilih diam?

Fenomena ini sebenarnya punya alasan psikologis dan kognitif yang menarik untuk kita pahami.

Berikut ini lima alasan utama mengapa hal itu terjadi:

1. Overconfidence Bias (Bias Percaya Diri Berlebihan)

Seringkali kita merasa sudah paham hanya dengan mendengar sepintas, lalu mulai mengobrol dengan teman.

Rasa percaya diri berlebihan ini membuat kita merasa tahu segalanya, padahal sebenarnya belum benar-benar mengerti materi tersebut. Saat disuruh bertanya, barulah sadar bahwa pemahaman kita belum cukup.

Inilah yang disebut ilusi pengetahuan, kita ribut karena merasa tahu, tapi diam karena takut ketahuan tidak paham.

2. Cognitive Load Theory (Teori Beban Kognitif)

Otak kita memiliki kapasitas terbatas untuk menyimpan dan memproses informasi dalam waktu singkat.

Saat kita mengobrol atau terganggu oleh hal lain saat pelajaran, beban kognitif meningkat dan kapasitas otak untuk menyerap materi berkurang.

Akibatnya, saat diminta berpikir kritis atau mengajukan pertanyaan, otak sudah “lelah” dan tidak punya energi cukup untuk fokus.

Jadi, kita habiskan energi untuk hal yang kurang penting dan akhirnya diam saat benar-benar perlu berpikir.

3. Social Inhibition (Hambatan Sosial)

Banyak siswa sebenarnya ingin bertanya, tapi takut dianggap “banyak tanya”, “sok pintar”, atau malu jika pertanyaannya salah.

Rasa takut dinilai oleh teman atau guru membuat mereka memilih diam. Suara keras saat bercanda bisa jadi sangat berbeda dengan keberanian untuk berbicara serius di depan kelas.

Inilah hambatan sosial yang membuat kita lebih nyaman berisik saat santai, tapi membisu saat diminta bertanggung jawab atas pembelajaran.

4. Lack of Metacognition (Kurangnya Kesadaran Belajar)

Tidak semua siswa terbiasa berpikir tentang proses belajarnya sendiri. Akibatnya, mereka tidak tahu apa yang sebenarnya mereka pahami dan apa yang perlu ditanyakan.

Kondisi ini menyebabkan kita cerewet saat hal itu tidak diperlukan, tapi kosong dan bingung saat benar-benar harus berpikir dan bertanya.

Kesadaran belajar atau metakognisi adalah kunci supaya kita bisa mengenali kebutuhan belajar dan berani bertanya.

5. Fear of Judgment (Takut Dianggap Bodoh)

Masalah kepercayaan diri juga berperan besar. Beberapa siswa memilih diam karena takut salah dan takut dianggap bodoh. Padahal, membuat kesalahan adalah bagian penting dari proses belajar.

Mereka lebih takut terlihat bodoh daripada terlihat pintar tapi berani mencoba dan bertanya. Padahal, bertanya bukan tanda kebodohan, melainkan tanda bahwa akal kita masih hidup dan aktif.

Yuk, Berbenah!

Jangan biarkan mulut kita sibuk saat pikiran kosong, dan membisu saat seharusnya berpikir. Berisik saat guru menjelaskan mungkin menunjukkan kita merasa nyaman, tapi beranilah untuk menggunakan kenyamanan itu menjadi keberanian bertanya.

Ingat, bertanya adalah langkah pertama menuju pemahaman yang lebih dalam dan kesuksesan belajar.

Mari kita ubah kebiasaan: lebih fokus saat pelajaran, lebih berani bertanya, dan lebih sadar akan proses belajar kita. Dengan begitu, belajar jadi lebih menyenangkan dan bermakna!

Memahami alasan-alasan ini membantu kita lebih bijak dalam menghadapi dinamika kelas. Berisik saat penjelasan bukan berarti paham, dan diam saat bertanya bukan berarti tidak peduli.

Mari dorong siswa untuk lebih berani bertanya dan sadar akan proses belajar mereka, agar pembelajaran menjadi lebih efektif dan menyenangkan.***

Referensi:

  • Kruger, J., & Dunning, D. (2022). Revisiting the Dunning-Kruger effect: A decade later. Journal of Personality and Social Psychology, 123(4), 560–575.
  • Sweller, J., Ayres, P., & Kalyuga, S. (2020). Cognitive Load Theory (2nd ed.). Springer.