Kurma dikenal sebagai buah yang manis dan kaya energi. Dalam perspektif ilmu gizi modern, jawabannya tidak sesederhana “boleh” atau “tidak boleh”. Keamanan kurma bagi penderita diabetes bergantung pada komposisi gizinya, indeks glikemik, porsi konsumsi, serta kondisi metabolik individu.
Secara alami, kurma mengandung gula sederhana berupa glukosa dan fruktosa. Meski terdengar berisiko, gula ini berbeda dengan gula rafinasi karena hadir bersama serat pangan, mineral, dan senyawa bioaktif. Serat berperan memperlambat penyerapan glukosa di usus, sehingga lonjakan kadar gula darah dapat ditekan jika dikonsumsi dalam jumlah terbatas. Inilah alasan mengapa respons glikemik kurma tidak selalu setinggi yang dibayangkan.
Dalam kajian nutrisi, beberapa jenis kurma memiliki indeks glikemik (IG) rendah hingga sedang, umumnya berada di kisaran 40–55. Nilai ini menunjukkan bahwa kurma tidak secara otomatis menyebabkan lonjakan gula darah ekstrem, terutama bila dikonsumsi bersama makanan berserat atau berprotein. Prinsip ini sejalan dengan teori beban glikemik, di mana dampak makanan terhadap gula darah ditentukan oleh kualitas dan jumlah karbohidrat yang dikonsumsi.
Selain itu, kurma mengandung antioksidan polifenol yang berpotensi membantu mengurangi stres oksidatif kondisi yang sering meningkat pada penderita diabetes. Stres oksidatif diketahui berperan dalam komplikasi diabetes, seperti gangguan pembuluh darah dan inflamasi kronis. Dengan demikian, kurma tidak hanya dinilai dari kandungan gulanya, tetapi juga dari efek biologis menyeluruh yang dimilikinya.
Meski demikian, konsumsi kurma tetap harus dibatasi secara ketat. Penderita diabetes disarankan mengonsumsi kurma dalam porsi kecil, misalnya satu hingga dua butir per kali makan, dan tidak dikombinasikan dengan sumber karbohidrat sederhana lainnya. Pengaturan waktu konsumsi juga penting, kurma lebih aman dikonsumsi sebagai bagian dari menu utama dibandingkan sebagai camilan tunggal.
Perlu ditegaskan bahwa kurma bukan pengganti obat diabetes dan tidak dapat dianggap sebagai makanan bebas risiko. Setiap individu memiliki respons glikemik yang berbeda, sehingga pemantauan kadar gula darah setelah konsumsi tetap dianjurkan. Prinsip diet diabetes modern menekankan keseimbangan, bukan pantangan mutlak.
Kurma aman dikonsumsi oleh penderita diabetes dalam jumlah terbatas dan terkontrol. Kandungan serat, indeks glikemik yang relatif moderat, serta senyawa antioksidan menjadikan kurma tidak sepenuhnya berbahaya jika dikonsumsi dengan bijak. Kunci utamanya terletak pada porsi, frekuensi, dan konteks pola makan secara keseluruhan. Dengan pendekatan yang tepat, kurma dapat tetap menjadi bagian dari diet sehat penderita diabetes tanpa meningkatkan risiko kesehatan.