Khazanah
Tegar Bagus Pribadi

Dialog Iblis dan Tuhan: Pelajaran Tentang Kesombongan Intelektual dari Surat Al-A’raf

Dialog Iblis dan Tuhan: Pelajaran Tentang Kesombongan Intelektual dari Surat Al-A’raf

13 Desember 2025 | 11:32

Keboncinta.com-- Al-Qur’an mengabadikan dialog yang sangat penting antara Allah dan Iblis sebagai pelajaran lintas zaman. Dalam Surat Al-A’raf ayat 11–18, Allah menyingkap akar kejatuhan Iblis bukan karena kurang ilmu, melainkan kesombongan intelektual—merasa lebih benar, lebih mulia, dan lebih layak dibanding perintah Allah.

Ketika Allah memerintahkan para malaikat untuk bersujud kepada Adam, semuanya taat kecuali Iblis. Allah bertanya, “Apakah yang menghalangimu untuk bersujud ketika Aku menyuruhmu?” (QS. Al-A’raf: 12). Jawaban Iblis tampak “logis”: “Aku lebih baik darinya. Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.” Di sinilah letak kesalahan fatal Iblis—mengukur perintah Allah dengan logika dan asumsi dirinya sendiri.

Iblis tidak menolak keberadaan Allah, tidak pula mengingkari perintah-Nya secara terang-terangan. Ia justru berargumen. Inilah bentuk kesombongan intelektual: ketika ilmu, logika, dan status membuat seseorang merasa berhak menilai perintah Allah. Padahal, dalam Islam, ketaatan tidak bergantung pada “masuk akal atau tidak”, melainkan pada keimanan dan ketundukan.

Allah kemudian berfirman, “Maka turunlah kamu dari surga itu, karena kamu sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya” (QS. Al-A’raf: 13). Ayat ini menegaskan bahwa dosa utama Iblis adalah takabbur, bukan sekadar pembangkangan.

Kesombongan ini diperparah ketika Iblis meminta penangguhan umur dan bersumpah akan menyesatkan manusia dari berbagai arah (QS. Al-A’raf: 14–17). Artinya, kesalahan intelektual yang tidak disertai taubat akan melahirkan permusuhan terhadap kebenaran.

Rasulullah ﷺ menegaskan bahaya kesombongan dalam hadits shahih:
“Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan walau sebesar biji sawi.” (HR. Muslim, no. 91).
Kesombongan yang dimaksud, dijelaskan Nabi, adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia. Inilah sifat Iblis yang nyata dalam dialog tersebut.

Pelajaran dari Surat Al-A’raf ini sangat relevan hari ini. Ilmu, gelar, dan kecerdasan tidak menjamin keselamatan jika melahirkan sikap merasa paling benar. Seorang mukmin sejati justru semakin berilmu, semakin tunduk. Dialog Iblis dan Tuhan mengingatkan kita bahwa iblis bukan kalah karena bodoh, tetapi binasa karena sombong.

Tags:
Khazanah Islam Akhlak mulia Kesombongan Tazkiyatun Nafs

Komentar Pengguna