Keboncinta.com-- Al-Qur’an tidak hanya menjadi petunjuk spiritual, tetapi juga memberi isyarat tentang nikmat dan manfaat ciptaan Allah. Di antara buah-buahan yang mendapat perhatian khusus adalah tin dan zaitun, yang bahkan dijadikan sumpah oleh Allah dalam firman-Nya: “Demi (buah) tin dan (buah) zaitun” (QS. At-Tin: 1). Para ulama memaknai sumpah ini sebagai penegasan akan kemuliaan dan manfaat besar yang terkandung di dalamnya.
Buah tin (fig) dikenal sejak peradaban kuno sebagai makanan bernilai tinggi. Dalam khazanah Islam, tin dipandang sebagai buah yang lembut, mudah dicerna, dan bermanfaat bagi tubuh. Rasulullah ﷺ pernah bersabda tentang buah tin, “Seandainya aku mengatakan ada buah yang turun dari surga, maka aku akan mengatakan buah tin” (HR. Abu Nu’aim, dinilai hasan oleh sebagian ulama). Tin mengandung serat tinggi yang baik untuk pencernaan, membantu menjaga kesehatan usus, serta mendukung keseimbangan metabolisme tubuh. Kandungan mineralnya juga membantu menjaga kekuatan tulang dan daya tahan tubuh.
Sementara itu, zaitun memiliki kedudukan yang sangat istimewa. Allah menyebutnya sebagai pohon yang diberkahi: “(yaitu) pohon zaitun yang tumbuh di Bukit Sinai, yang menghasilkan minyak dan lauk-pauk bagi orang-orang yang makan” (QS. Al-Mu’minun: 20). Minyak zaitun dikenal luas sebagai sumber lemak sehat yang bermanfaat bagi jantung, membantu menurunkan peradangan, serta menjaga kesehatan otak dan kulit.
Rasulullah ﷺ juga menganjurkan penggunaan zaitun dalam hadits shahih: “Makanlah minyak zaitun dan gunakanlah ia sebagai minyak rambut, karena ia berasal dari pohon yang diberkahi” (HR. Tirmidzi, hasan shahih). Hadits ini menunjukkan bahwa manfaat zaitun tidak hanya untuk konsumsi, tetapi juga untuk perawatan tubuh.
Dalam perspektif iman, penyebutan tin dan zaitun bukan sekadar informasi kesehatan. Ia mengajarkan kesadaran tauhid, bahwa makanan yang kita konsumsi adalah tanda kasih sayang Allah. Mengonsumsi buah-buahan yang baik menjadi bagian dari syukur, sementara menjaga tubuh termasuk amanah yang akan dimintai pertanggungjawaban.
Dengan demikian, tin dan zaitun bukan hanya superfood secara fisik, tetapi juga sarana tadabbur. Setiap suapan mengingatkan manusia pada kebesaran Allah, yang menyatukan manfaat dunia dan akhirat dalam ciptaan-Nya.