Keraton Pakungwati, Cikal Bakal Keraton-Keraton di Cirebon
keboncinta.com-Kota Cirebon yang kaya akan peninggalan budaya dan sejarah menyimpan satu permata penting yang menjadi akar dari seluruh kemegahan keraton-keraton di kota ini: Keraton Pakungwati.
Meski kini tidak sepopuler Keraton Kasepuhan atau Kanoman, Keraton Pakungwati menyimpan kisah awal mula berdirinya pusat kekuasaan Islam di Cirebon.
Dibangun pada abad ke-15 Masehi, Keraton Pakungwati merupakan kediaman Raden WalangsungsangatauPangeran Cakrabuana, putra Prabu Siliwangi dari Kerajaan Pajajaran.
Namun berbeda dari ayahnya, Cakrabuana memeluk Islam dan memilih menetap di pesisir utara Jawa. Dari sinilah sejarah Cirebon sebagai kerajaan Islam dimulai.
Oleh karena letaknya yang tersembunyi di dalam area keraton Kasepuhan, membuat bangunan keraton ini jarang terekspose oleh wisatawan yang datang.
baca juga: Cirebon, Sumber Peradaban Islam Jawa Barat
Meski begitu area Keraton Pakungwati yang sebagiannya tingal berupa puing-puing bangunan kuno justru memunculkan nuansa teduh dan memiliki aura sakral yang kuat.
Sekalipun berada di tengah hiruk pikuk kota Cirebon yang berhawa panas. Memasuki wilayah keraton ini terasa seperti melangkah ke dunia lain, sejuk, tenang, dan penuh aura spiritual.
Ciri khas dari kompleks ini adalah Kuta Kosod, tembok pembatas unik yang mengelilingi area keraton.
Di bagian dalam, pengunjung bisa menemukan beberapa situs penting seperti Balong Panyucen, serta petirtaan sakral seperti Sumur Upas, Sumur Kejayaan, dan Sumur Agung. Ketiganya dipercaya memiliki nilai spiritual tinggi dan kerap digunakan untuk ritual penyucian.
Baca juga: Asal Usul Klenteng Talang Kota Cirebon: Awalnya Berupa Masjid Kemudian Menjadi Klenteng
Salah satu daya tarik utama adalah Petilasan Sunan Gunung Jati dan Petilasan Pangeran Cakrabuana yang berada di tengah area reruntuhan keraton.
Meskipun bangunan utama hanya tersisa pondasinya, atmosfernya masih terasa sangat hidup. Pohon besar di sebelah utara situs, yang diduga telah berusia ratusan tahun, menambah kesan angker sekaligus agung.
Tak jauh dari sana, terdapat Paseban Dalem Agung Pakungwati, bekas ruang musyawarah para pemimpin kerajaan. Di sisi selatan, masih bisa dijumpai sisa-sisa kolam air kuno yang mengingatkan pada kompleks Taman Air Gua Sunyaragi, namun dalam ukuran yang lebih kecil dan sederhana.
Keraton Pakungwati bukan hanya situs sejarah. Ia adalah jantung dari lahirnya budaya dan peradaban Islam Cirebon, tempat di mana jejak para wali, raja, dan pemimpin terdahulu masih bisa dirasakan hingga hari ini.
Menyusuri setiap sudut keraton ini, pengunjung seperti diajak menapaki kembali awal mula kejayaan Cirebon yang penuh harmoni antara kekuasaan, agama, dan budaya.
Tags:
SejarahKomentar Pengguna
Recent Berita

SIAPA AKU INI
11 Jul 2025
Alhamdulillah! Tunjangan Guru PAI Non-ASN Nai...
10 Jul 2025
Direktorat Pesantren Kemenag: Penyaluran BOS...
10 Jul 2025
Sempat Singgung Wacana Haji Lewat Jalur Laut,...
10 Jul 2025
Sebanyak 330 Mahasiswa Perguruan Tinggi Islam...
10 Jul 2025
Lebih Baik Sedikit Amal dengan Kesadaran Ilah...
10 Jul 2025
Madrasah harus Mampu Kenali Hambatan Belajar...
10 Jul 2025
Aroma Surga dari Sang Buah Hati: Sebuah Anuge...
10 Jul 2025
Menggapai Kejujuran, Keikhlasan, Rezeki, dan...
10 Jul 2025
Beri Akses Pendidikan untuk Semua, Kemenag Da...
10 Jul 2025
Dosa Sulit Diampuni: Memaafkan Kesalahan Sesa...
10 Jul 2025
Cobaan: Ujian dan Kasih Sayang Allah
10 Jul 2025
Pentingnya Menjaga Kesucian Perempuan dalam B...
10 Jul 2025
Menteri Agama Ungkap Indonesia Bisa Menjadi P...
10 Jul 2025
Jangan Sampai Doa Marahmu Merusak Masa Depan...
10 Jul 2025
Mengapa Ada Kaya, Ada Miskin?
10 Jul 2025
Ketika Harta Datang dan Pergi: Sebuah Renunga...
10 Jul 2025
Begini Aturan Baru Pemberian Tunjangan Profes...
10 Jul 2025
Cara menonaktifkan fitur Quick Access pada Wi...
10 Jul 2025