Bisnis
M. Fadhli Dzil Ikram

Nilai Tukar Rupiah Melemah, Apa Faktor Penyebabnya?

Nilai Tukar Rupiah Melemah, Apa Faktor Penyebabnya?

25 September 2025 | 14:47

keboncinta.com --- Nilai tukar rupiah kembali tertekan hingga Rp 16.735 per dolar AS dan berpotensi menembus Rp 17.000. Apa penyebabnya? Simak analisis faktor eksternal dan internal yang memengaruhi pelemahan rupiah.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali melemah. Pada perdagangan Kamis (25/9/2025), dolar AS dibuka di level Rp 16.735. Pengamat Ekonomi, Mata Uang, dan Komoditas Ibrahim Assuaibi bahkan memperkirakan rupiah berpotensi tembus Rp 17.000 dalam waktu dekat.

Menurut Ibrahim, penguatan dolar AS dipicu oleh faktor eksternal maupun internal. Dari sisi eksternal, ketegangan geopolitik di Eropa menjadi penyebab utama. Presiden AS Donald Trump dalam pidatonya di PBB mengingatkan Eropa untuk tidak lagi membeli minyak Rusia. Retorika tersebut meningkatkan risiko geopolitik di pasar global, mengingat sanksi baru bisa memengaruhi ekspor energi Rusia atau memicu balasan berupa pengurangan pasokan.

Kondisi ini diperburuk dengan meningkatnya serangan Ukraina ke infrastruktur energi Rusia dengan dukungan NATO dan AS. Target utamanya adalah kilang minyak dan terminal ekspor, yang berpotensi mengurangi pendapatan ekspor Moskow. Situasi ini membuat investor global mencari aset aman, salah satunya dolar AS, sehingga menekan mata uang negara berkembang, termasuk rupiah.

Dari sisi internal, pasar menyoroti pernyataan Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa yang menolak program tax amnesty. Padahal, di era Presiden Joko Widodo, program tersebut dinilai sukses mendatangkan aliran modal dan memperkuat rupiah. Pasar menilai penolakan ini mengurangi daya tarik Indonesia di mata investor.

Selain itu, Bank Indonesia (BI) terus melakukan intervensi di pasar valas untuk menahan pelemahan rupiah, baik di pasar NDF maupun DNDF. Namun, spekulasi besar di pasar internasional membuat intervensi BI kurang efektif dan berpotensi menggerus cadangan devisa.

Pengamat Komoditas dan Mata Uang DCFX Futures, Lukman Leong, menambahkan bahwa faktor suku bunga BI juga berpengaruh. Sejak awal tahun, rupiah cukup stabil karena intervensi dan tingkat bunga yang tinggi. Namun, pemangkasan suku bunga mengejutkan pasar dan menurunkan kepercayaan investor.

Pergantian Menteri Keuangan yang diikuti kebijakan fiskal longgar, stimulus besar, serta revisi UU P2SK juga memperburuk sentimen. Investor menilai independensi BI berkurang karena mandatnya tak lagi hanya fokus pada inflasi dan nilai tukar, tetapi juga pertumbuhan ekonomi. Kebijakan ini dinilai bisa mengorbankan stabilitas rupiah.

Lukman juga menyinggung besarnya anggaran program makan bergizi gratis yang mencapai Rp 500 triliun per tahun. Menurutnya, bila anggaran ini dialihkan, bisa menjadi dana abadi Rp 2.000 triliun dalam empat tahun. Kebijakan fiskal yang ekspansif tanpa pengendalian dianggap memberi tekanan tambahan pada rupiah.

Ke depan, rupiah diperkirakan masih rentan melemah. Jika tekanan eksternal terus berlanjut dan kebijakan internal tidak mampu menenangkan pasar, kurs rupiah bisa menembus Rp 17.000 per dolar AS.

Tags:
Nilai Tukar Rupiah Dolar

Komentar Pengguna