keboncinta.com --- Nabi Syits AS adalah salah satu nabi yang memiliki peran penting dalam sejarah awal peradaban manusia. Meski namanya tidak disebutkan dalam Al-Qur’an, namun banyak literatur Islam yang menjelaskan keutamaannya. Menurut riwayat, Nabi Syits AS adalah putra Nabi Adam AS yang menerima wasiat khusus untuk menjaga Nur Muhammad SAW, cahaya suci yang kelak menjadi asal-usul Nabi terakhir.
Dalam kitab Aqidah dan Akhlak karya Taofik Yusmansyah, disebutkan bahwa jumlah nabi yang diutus Allah jauh lebih banyak dari 25 nama nabi dan rasul yang wajib diketahui umat Islam. Hal ini didukung oleh hadis sahih dari Abu Dzar Al-Ghifari RA:
قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، كَمْ وَفَى عِدَّةُ الأَنْبِيَاءِ؟ قَالَ: مِائَةُ أَلْفٍ وَأَرْبَعَةٌ وَعِشْرُونَ أَلْفًا، قُلْتُ: كَمِ الرُّسُلُ مِنْ ذَلِكَ؟ قَالَ: ثَلاَثُمِائَةٍ وَخَمْسَةَ عَشَرَ جَمًّا غَفِيرًا
“Aku (Abu Dzar) bertanya: Wahai Rasulullah, berapa jumlah para nabi? Beliau menjawab: Seratus dua puluh empat ribu (124.000). Aku bertanya lagi: Berapa jumlah rasul di antara mereka? Beliau menjawab: Tiga ratus lima belas (315).” (HR. At-Tirmidzi)
Dari ribuan nabi tersebut, hanya 25 nama yang wajib diketahui, sedangkan sisanya tidak disebutkan secara eksplisit dalam Al-Qur’an. Nabi Syits AS termasuk di antara nabi yang tidak disebutkan dalam Al-Qur’an, tetapi kedudukannya sangat istimewa.
Dalam Qishashul Anbiya karya Ibnu Katsir, dijelaskan bahwa nama Syits berarti Hibatullah atau “pemberian Allah”. Nama ini diberikan oleh Nabi Adam AS karena Syits lahir setelah wafatnya Habil, sebagai pengganti dan harapan baru untuk menjaga keturunan yang saleh.
Keutamaannya juga dijelaskan dalam hadis riwayat Abu Dzar RA:
إِنَّ اللَّهَ أَنْزَلَ مِائَةَ كِتَابٍ وَأَرْبَعَةَ كُتُبٍ، أَنْزَلَ عَلَى شِيثٍ خَمْسِينَ صُحُفًا
“Sesungguhnya Allah menurunkan seratus kitab dan empat kitab, lima puluh suhuf diturunkan kepada Syits.”
Ini menunjukkan bahwa Nabi Syits AS adalah penerima wahyu berupa suhuf (lembaran wahyu) yang berisi petunjuk bagi umat manusia setelah Nabi Adam AS.
Menjelang wafat, Nabi Adam AS mewasiatkan pesan penting kepada Syits, termasuk tata cara ibadah, pengaturan waktu siang dan malam, serta peringatan tentang peristiwa besar yang akan datang. Riwayat Muhammad bin Ishaq menyebutkan bahwa Nabi Adam juga mengajarkan Syits tentang tauhid agar ajaran tetap terjaga dari penyimpangan.
Bahkan menurut sebagian riwayat, seluruh keturunan manusia hingga saat ini berasal dari garis keturunan Nabi Syits AS, karena keturunan anak-anak Nabi Adam lainnya terputus.
Salah satu keistimewaan terbesar Nabi Syits adalah menjaga Nur Muhammad SAW. Dalam kitab Al-Wafa karya Ibnul Jauzi, disebutkan bahwa Allah SWT menciptakan Nur Muhammad sebelum Nabi Adam AS. Cahaya ini kemudian ditempatkan di dahi Nabi Adam dan terus berpindah kepada keturunannya yang terpilih, termasuk Nabi Syits AS.
Riwayat Ka’ab Al-Ahbar menjelaskan bahwa saat Hawa mengandung Nabi Syits, Nur Muhammad berpindah dari Nabi Adam kepadanya. Hal ini menjadi alasan mengapa Hawa hanya melahirkan satu anak, tidak seperti kelahiran sebelumnya yang selalu kembar. Sejak kecil, wajah Nabi Syits memancarkan cahaya suci ini.
Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda:
إِنَّ اللَّهَ لَمْ يَزَلْ يَنْقُلُنِي مِنْ أَصْلَابِ الطَّاهِرِينَ إِلَى أَرْحَامِ الطَّاهِرَاتِ
“Sesungguhnya Allah senantiasa memindahkanku dari sulbi laki-laki yang suci ke rahim wanita yang suci.” (HR. Al-Bazzar)
Ini menegaskan bahwa sejak Nabi Adam AS hingga Nabi Muhammad SAW, nasab beliau selalu berada pada garis keturunan yang bersih dari perbuatan zina, termasuk melalui Nabi Syits AS.
Dari kisah Nabi Syits AS, terdapat beberapa pelajaran berharga:
✅ Menjaga amanah adalah tugas mulia – Nabi Syits menerima wasiat besar untuk menjaga risalah tauhid dan Nur Muhammad.
✅ Nasab mulia adalah ketetapan Allah – Kesucian garis keturunan Rasulullah menunjukkan kemuliaan yang telah Allah tetapkan.
✅ Pentingnya ilmu dan ibadah – Syits dibekali ilmu tentang ibadah dan waktu agar tetap taat kepada Allah SWT.
Allah SWT berfirman:
إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا
“Sesungguhnya Kami mengutus engkau (Muhammad) sebagai saksi, pembawa kabar gembira, dan pemberi peringatan.” (QS. Al-Fath: 8)
Nabi Syits AS adalah sosok penting yang menjadi pengemban amanah besar setelah Nabi Adam AS. Ia tidak hanya melanjutkan ajaran tauhid, tetapi juga dipercaya menjaga Nur Muhammad SAW hingga akhirnya lahirnya Nabi terakhir, pembawa rahmat bagi seluruh alam.
Wallahu a’lam bish-shawab.