keboncinta.com --- Nabi Muhammad SAW adalah penutup para nabi yang diutus Allah SWT untuk menyempurnakan ajaran Islam. Beliau tidak hanya membawa risalah wahyu, tetapi juga menjadi contoh nyata dalam akhlak, sikap, dan perilaku sehari-hari.
Allah SWT menegaskan hal ini dalam firman-Nya:
لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِى رَسُولِ ٱللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا۟ ٱللَّهَ وَٱلْيَوْمَ ٱلْءَاخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرًا
Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab: 21).
Kesempurnaan akhlak Rasulullah SAW juga ditegaskan oleh Aisyah RA ketika ditanya tentang kepribadian beliau: “Akhlak beliau adalah Al-Qur’an.” (HR. Muslim).
Rasulullah SAW terkenal dengan kejujurannya, baik dalam ucapan maupun perbuatan. Sejak kecil, beliau mendapat julukan Al-Amin yang artinya “orang yang terpercaya”. Bahkan kaum Quraisy sering menitipkan barang berharga kepadanya karena yakin beliau tidak akan berkhianat.
Sifat ini juga tercermin dalam dakwahnya. Rasulullah SAW tidak pernah menyembunyikan kebenaran wahyu meski ditentang kaumnya.
Dalil penguat: Allah SWT berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan jadilah bersama orang-orang yang benar.” (QS. At-Taubah: 119).
Amanah adalah sifat melekat dalam diri Nabi Muhammad SAW. Beliau tidak pernah mengkhianati titipan, bahkan dari orang-orang Quraisy yang menentangnya. Sebagai pemimpin, beliau juga menunaikan semua kewajiban dengan penuh tanggung jawab.
Dalil penguat: Rasulullah SAW bersabda,
لَا إِيمَانَ لِمَنْ لَا أَمَانَةَ لَهُ
Artinya: “Tidak sempurna iman seseorang yang tidak memiliki sifat amanah.” (HR. Ahmad).
Sebagai Rasul, Nabi Muhammad SAW memiliki kewajiban menyampaikan wahyu Allah tanpa menyembunyikan sedikit pun. Bahkan dalam tekanan dan ancaman, beliau tetap menegakkan risalah dengan penuh keberanian.
Firman Allah SWT dalam QS. Al-Ma’idah ayat 67:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلرَّسُولُ بَلِّغْ مَآ أُنزِلَ إِلَيْكَ مِن رَّبِّكَ ۖ وَإِن لَّمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُۥ ۚ وَٱللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ ٱلنَّاسِ
Artinya: “Wahai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Jika tidak kamu lakukan, berarti kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia...”
Hal ini menjadi teladan bagi umat Islam agar berani menyampaikan kebenaran dan tidak menyembunyikan ilmu.
Kecerdasan Nabi Muhammad SAW terlihat dalam berbagai keputusan bijak. Salah satu contoh adalah ketika suku Quraisy berselisih mengenai siapa yang berhak meletakkan Hajar Aswad.