Air Mata Utsman Jalan Menuju Surga

Air Mata Utsman Jalan Menuju Surga

07 Juli 2025 | 02:01

 

Madinah tengah dilanda kemarau panjang.

 

Panas menyengat, dan sumur-sumur mulai mengering.

 

Penduduk kehausan...

 

Anak-anak menangis...

 

Dan para ibu mulai kehilangan harapan.

Di tengah keterpurukan itu, ada satu-satunya sumur yang masih mengalir jernih: Sumur Raumah.

 

Tapi sayang... sumur itu milik pribadi seorang Yahudi, dan ia menjual airnya dengan harga yang sangat tinggi.

 

Tak semua orang bisa membeli.

 

Lalu datanglah kabar dari Nabi Muhammad SAW.

 

Beliau bersabda:

 

> "Barangsiapa membeli Sumur Raumah lalu

 

menyedekahkannya untuk kaum Muslimin, maka baginya surga."

 

(HR. Tirmidzi no. 3733)

 

Tak lama setelah sabda itu,

 

seorang lelaki bangkit-diam-diam, tanpa banyak bicara.

 

Dia datang dengan wajah teduh dan langkah tenang...

 

Dia adalah Utsman bin Affan, menantu Nabi, sang dermawan agung.

 

la menghampiri si pemilik sumur dan berkata,

 

"Aku ingin membeli sumur ini."

 

Namun si Yahudi menolak, karena sumur itu memberinya keuntungan besar.

 

Utsman pun berkata,

 

"Kalau begitu, juallah setengahnya. Sehari untukmu, sehari untukku."

 

Yahudi itu setuju.

 

Tapi apa yang dilakukan Utsman setelah itu... mengejutkan semua orang.

la mengumumkan bahwa hari bagian miliknya adalah hari bebas.

 

Siapa pun boleh mengambil air sepuasnya gratis, tanpa bayar sepeser pun.

 

Apa yang terjadi?

 

Keesokan harinya...

 

tak ada satu pun yang membeli air dari si Yahudi,

 

karena semua sudah memenuhi kantung air mereka sehari

 

sebelumnya dari bagian Utsman.

 

Akhirnya, si Yahudi menyerah...

 

dan menjual seluruh kepemilikannya kepada Utsman.

 

Dan Utsman...

 

menyumbangkan 100% sumur itu untuk umat Islam,

 

tanpa ingin kembali satu dirham pun.

 

Sejak hari itu, air mengalir...

 

tidak hanya di tanah Madinah,

 

tapi juga ke hati manusia yang tersentuh oleh kemurnian niat

 

dan keikhlasan.

 

Itu bukan satu-satunya kisah.

 

Ketika Rasulullah SAW mempersiapkan pasukan untuk Perang

 

Tabuk,

 

beliau bersabda:

 

> "Siapa yang mempersiapkan pasukan Tabuk, maka baginya

 

surga."

 

(HR. Bukhari dan Muslim)

Tanpa ragu, Utsman berdiri dan berkata:

 

"Aku menyumbangkan seribu unta lengkap dengan pelananya dan perlengkapannya."

 

Kemudian ia menambahkan seribu dinar emas yang ia letakkan langsung di pangkuan Rasulullah.

 

Nabi pun bersabda dengan mata berbinar:

 

> "Tidak ada sesuatu pun yang membahayakan Utsman setelah

 

hari ini."

 

(HR. Tirmidzi no. 3701)

 

Namun, kehidupan Utsman tak selalu dipenuhi pujian.

 

Di masa tuanya, saat menjadi khalifah,

 

fitnah menyebar...

 

dan orang-orang yang buta oleh kedengkian mulai memfitnahnya.

 

Tapi Utsman memilih tidak membalas. la bersabar, dan tetap memimpin dengan tenang.

 

Di hari terakhirnya, ia berpuasa.

 

la membaca Al-Qur'an,

 

dan dalam sujud...

 

tangannya memegang mushaf,

 

saat pedang para pemberontak menghujam tubuhnya.

 

Darah menetes...

 

dan mengenai lembaran Al-Qur'an, tepat pada ayat:

 

> "Cukuplah Allah bagimu sebagai Pelindung."

(QS. Az-Zumar: 36)

 

Begitulah Utsman bin Affan.

 

la tak meninggalkan dunia dengan istana...

 

tapi dengan air yang terus mengalir,

 

unta-unta yang pernah dikorbankan,

 

dan Al-Qur'an yang ia tulis dengan tangannya sendiri.

 

la pergi...

 

tapi amalnya tak pernah berhenti.

 

"Utsman bin Affan mengajarkan kita, bahwa harta yang sesungguhnya bukanlah yang kita simpan...

 

Tapi yang kita lepaskan, untuk mengalir menjadi pahala yang abadi.

 

la wafat, namun air dari sumurnya masih mengalir.

 

la dibunuh, namun Al-Qur'an yang ditulis tangannya masih hidup.

 

Dan ia dihina, tapi langit mencatat namanya... di barisan penghuni surga."

 

 Kitab : Al-Isti'ab fi Ma'rifati Al Ashhab, karya Ibnu Abdil Barr

Tags:

Komentar Pengguna