Rembang, Jawa Tengah – KH Ahmad Bahauddin Nursalim, atau yang lebih dikenal sebagai Gus Baha’, kembali menjadi sorotan. Bukan karena ceramahnya yang viral, melainkan karena penolakan beliau terhadap sumbangan miliaran rupiah untuk pembangunan pesantrennya. Seorang donatur asal Arab Saudi menawarkan dana tersebut untuk memajukan pesantren yang dipimpin Gus Baha’.
Tawaran tersebut disambut antusias oleh para santri dan jamaah yang hadir. Mereka membayangkan pesantren yang lebih maju dan mampu menampung lebih banyak santri. Namun, Gus Baha’ menolak dengan alasan yang mengejutkan banyak pihak.
“Ciri utama ulama’ itu mengajak orang menuju Allah. Kalau saya terima dan fasilitas pondok saya bagus, takutnya saya malah mengajak orang kepada fasilitas bukan kepada Allah,” ungkap Gus Baha’ dalam pengajiannya, seperti dikutip dari beberapa sumber.
Beliau menambahkan, “Kalaupun ada ulama’ yang menerima sumbangan karena berprinsip bahwa fasilitas bagus akan menghasilkan produk bagus, ya itu silakan. Yang pasti saya memiliki prinsip sendiri dan kamu jangan tiru saya.”
Sikap Gus Baha’ ini menimbulkan beragam reaksi. Beberapa pihak mengapresiasi prinsip teguh beliau yang memprioritaskan dakwah dan pendekatan spiritual, bukan pembangunan fisik. Namun, ada juga yang berpendapat bahwa dana tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan kesejahteraan santri.
Gus Baha’ sendiri mengakhiri penjelasannya dengan pesan yang lebih ringan, “Kalau ada yang mau nyumbang kamu uang banyak ya terima saja, gak usah sok-sokan nolak,” ujarnya disambut tawa hadirin.
Peristiwa ini menjadi perbincangan hangat di kalangan masyarakat, khususnya di lingkungan pesantren. Penolakan Gus Baha’ terhadap sumbangan besar ini menjadi refleksi bagi kita semua tentang pentingnya niat dan prioritas dalam berdakwah dan beramal. Apakah kita lebih mengutamakan pembangunan fisik atau pengembangan spiritual? Pertanyaan ini patut direnungkan.