introspeksi diri dan bahaya ujub (kesombongan)

introspeksi diri dan bahaya ujub (kesombongan)

02 Juli 2025 | 14:57

Kadang, saat kita yang merasa dekat dengan ilmu dan agama mencela orang-orang yang sibuk dengan dunia, kita lupa bertanya: kenapa sebenarnya hati dan mulut ini bicara?

 

Apakah karena sungguh-sungguh peduli pada agama yang kian pudar?

 

Ataukah karena kita merasa pada posisi "lebih baik" dari mereka?

 

Mungkin kita bilang, "Mereka sibuk dunia, lupa akhirat." "orang-orang sekarang sudah tersesat". DII

 

Tapi benarkah kita berkata itu karena merasa sedih atas musibah yang menimpa agama? Atau karena ada rasa nyaman saat merasa diri berbeda, lebih tahu, lebih bersih, lebih suci?

 

Imam al-Ghazali pernah mengingatkan: bisa jadi, saat seseorang menasihati, sebenarnya ia sedang merasa istimewa. Padahal, itu jebakan hati yang paling halus jebakan ujub yang menyamar jadi nasihat.

 

Yang lebih bahaya: ketika orang-orang tak lagi memuji, tak lagi mendengar, tak lagi memandang kita sebagai 'orang shalih', orang alim atau apapun itu, hati mulai resah, dzikir jadi hambar, ibadah terasa kosong, belajar terasa malas.

 

Karena ternyata, yang kita jaga bukan agama... tapi citra. Yang kita perjuangkan bukan akhirat... tapi pengakuan.

 

Karena tidak semua kata yang terdengar "berdakwah" datang dari cinta. Bisa jadi, ia muncul dari rasa ingin di atas 

Imam Ghozali dalam kitab ihya' Ulumuddin 

Tags:
pendidikan

Komentar Pengguna