Keboncinta.com-- Semakin canggihnya teknologi terkadang membuat pikiran kritis menjadi buntu, hal tersebut terjadi karena di zaman sekarang kita sering dimanjakan dengan akses yang mudah dalam mendapatkan informasi yang dibutuhkan.
Untuk jaga nalar kritis di diri para generasi muda, Wakil Menteri Komunikasi dan Digital (Wamenkomdigi) Nezar Patria mengajak generasi muda, khususnya Gen Z, untuk menghidupkan kembali nalar kritis di tengah gempuran informasi digital yang kian masif dan manipulatif di era post-truth seperti sekarang ini.
“Melawan post-truth sebetulnya simpel saja, hidupkan kembali critical thinking atau pemikiran kritis kita. Kuncinya, jangan cepat percaya dengan informasi yang kelihatannya begitu mudah,” ungkapnya dalam acara Ngobrolin Buku Bareng Wamenkomdigi, Membedah buku Neksus karya Yuval Noah Harari, di Perpustakaan Kementerian Komdigi, Jakarta Pusat, Senin (21/07/2025).
Wamenkomdigi mengatakan arti penting membangun daya pikir kritis di tengah derasnya arus hoaks, disinformasi, dan konten manipulatif yang makin canggih seiring perkembangan kecerdasan artifisial atau Artificial Intelligence (AI).
Nezar berpendapat, salah satu bentuk tantangan baru berkaitan dengan kemunculan visual dan video realistis berbasis AI yang mampu menciptakan sosok manusia fiktif dengan rupa sangat mirip asli.
“Bahkan bisa menciptakan sosok manusia yang tidak pernah eksis di dunia, padahal rupanya mirip orang Manado, orang Palembang, orang Jawa, dan sebagainya. Tapi itu (wajah manusia dalam karya AI) tidak pernah ada,” terangnya.
Selanjutnya, Wamenkomdigi mengingatkan bahaya apabila teknologi AI digunakan secara tidak bertanggung jawab, khususnya di negara yang majemuk seperti Indonesia ini.
“Yang paling celaka kalau (AI) meniru tokoh-tokoh agama kemudian mengucapkan sesuatu yang mungkin bisa memancing kerusuhan, ketegangan, pertikaian. Nah itu yang paling berbahaya dan potensial terjadi di negara pluralis seperti kita,” ungkapnya.
Selanjutnya, dalam kegiatan tersebut Wamenkomdigi juga mengajak Gen Z untuk bijak dalam menggunakan media sosial, tidak asal berkomentar, dan tidak melakukan tindak bullying di dunia nyata maupun internet.***