Keengganan untuk Berubah Adalah Bentuk Keras Kepala yang Lembut

Keengganan untuk Berubah Adalah Bentuk Keras Kepala yang Lembut

03 Juli 2025 | 12:05

Ada orang yang ingin hidupnya berubah, tapi tak mau bergerak. Maunya tetap di tempat, tapi nasibnya berubah. Maunya tetap dengan kebiasaan lama, tapi hasilnya baru. Maunya tetap bodoh, tapi dihormati seperti orang pintar.

 

Itu bukan keinginan untuk berubah. Itu hanya malas yang disamarkan dengan pasrah.

 

Padahal perubahan tidak datang pada yang diam. Ia datang pada yang bersedia belajar, bersedia merasa bodoh sebentar, bersedia lelah untuk sementara. Karena hidup tidak berubah hanya karena niat. Ia butuh ikhtiar.

 

“Adanya ini ya ini saja.”

Kalimat itu terdengar sederhana, tapi menyedihkan. Seolah-olah semua kemungkinan sudah buntu. Padahal tidak. Yang buntu seringkali bukan jalannya, tapi kemauan kita sendiri untuk melangkah lebih jauh.

 

Kalau kita tahu ada cara untuk lebih baik, mengapa tidak dicoba?

Kalau ada orang yang bersedia menuntun, mengapa menolak?

Kalau bisa belajar, mengapa memilih bertahan dalam ketidaktahuan?

 

Malas bukan alasan. Itu hanya cara halus untuk berkata: saya nyaman dengan kekurangan saya, tolong jangan ganggu.

 

Tapi hidup bukan tempat bersembunyi. Ia terus bergerak. Dan yang tidak ikut bergerak akan tertinggal, pelan-pelan akan kalah. Bahkan akhirnya menyalahkan takdir untuk kegagalan yang sebenarnya lahir dari dirinya sendiri.

 

Maka kalau mau berubah, ikuti. Kalau sudah tahu mana yang lebih baik, jangan pura-pura tidak tahu. Jangan bertahan hanya karena gengsi untuk merasa bodoh. Semua orang hebat pernah menjadi pemula. Semua yang tahu pernah belajar. Dan semua yang berubah pernah merasa takut—tapi mereka tidak diam.

 

Berubahlah.

Tags:
pendidikan

Komentar Pengguna