Diamnya dunia sering kali menjadi tempat Allah berbicara paling jelas.
Di zaman yang ramai dan bising ini, kesunyian kerap dianggap menakutkan. Banyak orang merasa gelisah saat sendirian, sepi dianggap sebagai kesia-siaan. Padahal, dalam sunyi yang tenang, hati justru punya kesempatan untuk mendengar, memahami, dan kembali pulang.
Kesunyian bukan kehampaan, tapi ruang di mana hati bisa hidup kembali.
Di Antara Rasa Sepi dan Panggilan Ilahi
Aisyah, seorang wanita muda yang sehari-harinya sibuk bekerja, pernah mengalami fase hidup yang penuh kesibukan tapi hampa. la hadir di banyak acara, tersenyum di depan orang-orang, tapi merasa kosong saat sendiri.
Suatu malam, listrik di rumahnya padam. la terpaksa duduk dalam gelap tanpa ponsel, tanpa suara, hanya ia dan pikirannya. Awalnya terasa asing. Tapi dalam gelap itu, air matanya jatuh, dan satu bisikan muncul:
> "Apa kabar hatimu yang selama ini kamu diamkan?"
Malam itu menjadi titik balik. la mulai menyukai kesunyian, bukan karena ia ingin menjauh dari dunia, tapi karena ia ingin mendekat kepada Yang Maha Memiliki Dunia.
33%
Sunyi dalam Pandangan Al-Qur'an
Kesunyian bukan sesuatu yang asing dalam Islam. Bahkan, banyak pertemuan besar dengan Allah terjadi dalam keadaan sepi dan sunyi.
> "Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan rendah hati dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai."
(QS. Al-A'raf: 205)
Kesunyian adalah tempat lahirnya dzikir yang paling dalam, taubat yang paling jujur, dan doa yang paling hening.
Kesunyian Rasulullah SAW
Sebelum wahyu pertama turun, Rasulullah SAW sering menyendiri di Gua Hira. Beliau menjauh dari hiruk-pikuk kota, dari kebisingan jahiliyah, untuk merenung dan menenangkan jiwa.
Dari sunyi itulah, datang kalimat agung:
> "Iqra'... Bacalah..."
Sunyi bukan membuat beliau lemah. Justru dari sunyi, lahir cahaya risalah yang menyinari seluruh umat manusia.
Kata Para Bijak tentang Kesunyian
> "Kesendirian yang disertai kesadaran kepada Allah lebih baik daripada keramaian yang penuh kelalaian."
Imam Al-Ghazali
> "Manusia perlu diam. Bukan karena tak punya suara, tapi agar ia bisa mendengar suara yang lebih dalam dari pikirannya sendiri."
Rumi
Sunyi yang Menghidupkan, Bukan Mematikan
Kesunyian yang benar bukan pelarian. la bukan kabur dari dunia, tapi kembali ke pusat jiwa: Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Dalam sunyi:
Kita belajar berdialog dengan diri sendiri.
Kita bisa melihat dosa yang telah lama kita abaikan.
Kita dapat merasakan cinta Allah yang selama ini mengalir,
namun tak kita sadari.
Penutup: Temukan Kehidupan di Dalam Sunyi
Bila hidup terasa terlalu riuh, mungkin Allah sedang memanggil kita untuk sejenak menepi.
Bila hati terasa kosong, mungkin ia sedang rindu dipenuhi oleh dzikir.
Kesunyian bukan akhir. la adalah awal dari sebuah pertemuan suci. Maka jangan takut pada sepi. Karena bisa jadi, di sanalah Allah sedang menunggu kita untuk kembali.
> "Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia berdoa kepada-Ku..."
(QS. Al-Baqarah: 186)