Khazanah
M. Fadhli Dzil Ikram

Kodok Halal atau Haram? Ini Penjelasan Lengkap Ulama dan Fatwa MUI

Kodok Halal atau Haram? Ini Penjelasan Lengkap Ulama dan Fatwa MUI

08 September 2025 | 14:40

keboncinta.com --- Masih bingung soal hukum makan kodok? Simak pandangan ulama Syafi’i, Hanafi, Hanbali, serta pendapat Maliki yang berbeda, lengkap dengan dalil Al-Qur’an, hadis, dan fatwa resmi MUI.


Kodok dalam Perspektif Islam

Pertanyaan apakah kodok halal atau haram kerap muncul di tengah masyarakat. Bahkan di beberapa daerah, ada kuliner berbahan dasar kodok seperti swike.

Kodok juga disebut dalam Al-Qur’an, tepatnya QS. Al-A’raf: 133:

ููŽุฃูŽุฑู’ุณูŽู„ู’ู†ูŽุง ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ูู…ู ุงู„ุทู‘ููˆููŽุงู†ูŽ ูˆูŽุงู„ู’ุฌูŽุฑูŽุงุฏูŽ ูˆูŽุงู„ู’ู‚ูู…ู‘ูŽู„ูŽ ูˆูŽุงู„ุถู‘ูŽููŽุงุฏูุนูŽ ูˆูŽุงู„ุฏู‘ูŽู…ูŽ ุขูŠูŽุงุชู ู…ู‘ูููŽุตู‘ูŽู„ูŽุงุชู ููŽุงุณู’ุชูŽูƒู’ุจูŽุฑููˆุง ูˆูŽูƒูŽุงู†ููˆุง ู‚ูŽูˆู’ู…ู‹ุง ู…ู‘ูุฌู’ุฑูู…ููŠู†ูŽ
“Maka Kami kirimkan kepada mereka banjir besar, belalang, kutu, kodok, dan darah sebagai bukti-bukti yang jelas. Tetapi mereka tetap menyombongkan diri dan mereka adalah kaum yang berdosa.” (QS. Al-A’raf: 133)


Pandangan Mayoritas Ulama: Kodok Haram Dimakan

1. Haram Dibunuh

Mayoritas ulama dari Mazhab Syafi’i, Hanafi, dan Hanbali bersepakat bahwa kodok haram dimakan. Alasannya, Rasulullah ๏ทบ secara tegas melarang membunuh katak.

Hadis riwayat Baihaqi dari Aisyah RA menyebut:

ุฅูู†ู‘ูŽ ุงู„ู†ู‘ูŽุจููŠู‘ูŽ ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ู†ูŽู‡ูŽู‰ ุนูŽู†ู’ ู‚ูŽุชู’ู„ู ุงู„ุถู‘ููู’ุฏูŽุนู
“Sesungguhnya Nabi ๏ทบ melarang membunuh katak.”

KH Maimoen Zubair (Mbah Moen) menegaskan, katak termasuk makhluk yang senantiasa bertasbih, sehingga membunuhnya termasuk dosa besar.


2. Kodok Haram Dikonsumsi

Hadis lain yang dijadikan dasar adalah riwayat Ahmad (no. 15757):

ุฐูŽูƒูŽุฑูŽ ุทูŽุจููŠุจูŒ ุนูู†ู’ุฏูŽ ุฑูŽุณููˆู„ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ุฏูŽูˆูŽุงุกู‹ุŒ ูˆูŽุฐูŽูƒูŽุฑูŽ ุงู„ุถู‘ููู’ุฏูŽุนูŽ ูŠูุฌู’ุนูŽู„ู ูููŠู‡ูุŒ ููŽู†ูŽู‡ูŽู‰ ุฑูŽุณููˆู„ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ุนูŽู†ู’ ู‚ูŽุชู’ู„ู ุงู„ุถู‘ููู’ุฏูŽุนู
“Seorang tabib menyebutkan katak digunakan sebagai obat. Lalu Rasulullah ๏ทบ melarang membunuh katak.”

Imam Al-Mundziri menafsirkan: jika membunuh saja dilarang, maka memakannya lebih-lebih diharamkan.


Alasan Syariat Kodok Diharamkan

1. Hidup di Dua Alam

Imam Nawawi dalam Al-Majmu’ menegaskan:

ุงู„ุถู‘ููู’ุฏูŽุนู ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ุญูŽูŠูŽูˆูŽุงู†ูŽุงุชู ุงู„ู‘ูŽุชููŠ ู‡ููŠูŽ ู…ูุญูŽุฑู‘ูŽู…ูŽุฉูŒุŒ ู„ููˆูุฑููˆุฏู ุงู„ู†ู‘ูŽู‡ู’ูŠู ุงู„ุดู‘ูŽุฑู’ุนููŠู‘ู ุนูŽู†ู’ ู‚ูŽุชู’ู„ูู‡ูŽุง
“Katak termasuk hewan yang haram dimakan, karena adanya larangan syar’i untuk membunuhnya.”

Ulama Syafi’iyah seperti Ar-Ramli dan Ar-Rafi’i menambahkan, hewan amfibi (hidup di darat dan air) seperti kodok, buaya, kura-kura, dan sejenisnya, hukumnya haram dikonsumsi.

2. Aspek Kesehatan

Ibnu Hajar al-Asqalani dalam Fathul Bari menyebut:

ุงู„ุถู‘ูŽููŽุงุฏูุนู ุนูŽู„ูŽู‰ ุถูŽุฑู’ุจูŽูŠู’ู†ู: ุจูŽุฑู‘ููŠู‘ูŽุฉูŒ ูˆูŽุจูŽุญู’ุฑููŠู‘ูŽุฉูŒุŒ ููŽุงู„ู’ุจูŽุฑู‘ููŠู‘ูŽุฉู ู‚ูŽุงุชูู„ูŽุฉูŒุŒ ูˆูŽุงู„ู’ุจูŽุญู’ุฑููŠู‘ูŽุฉู ู…ูุคู’ุฐููŠูŽุฉูŒ
“Katak ada dua jenis: darat dan laut. Katak darat bisa mematikan, sementara katak laut bisa membahayakan kesehatan.”


Pandangan Mazhab Maliki: Kodok Halal

Ulama Maliki berbeda pandangan. Mereka menghalalkan kodok dengan berpegang pada ayat:

ุฃูุญูู„ู‘ูŽ ู„ูŽูƒูู…ู’ ุตูŽูŠู’ุฏู ุงู„ู’ุจูŽุญู’ุฑู ูˆูŽุทูŽุนูŽุงู…ูู‡ู ู…ูŽุชูŽุงุนู‹ุง ู„ูŽูƒูู…ู’ ูˆูŽู„ูู„ุณู‘ูŽูŠู‘ูŽุงุฑูŽุฉู
“Dihalalkan bagi kalian hewan buruan laut dan makanan yang berasal darinya…” (QS. Al-Maidah: 96).

Menurut Ibnu Rusyd dalam Bidayatul Mujtahid:

ุงู„ู’ุนูู„ูŽู…ูŽุงุกู ุงุฎู’ุชูŽู„ูŽูููˆุง ูููŠ ุญูŽูŠูŽูˆูŽุงู†ู ุงู„ู’ุจูŽุญู’ุฑูุŒ ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ ู…ูŽุงู„ููƒูŒ: ูƒูู„ู‘ู ู…ูŽุง ูููŠ ุงู„ู’ุจูŽุญู’ุฑู ุญูŽู„ูŽุงู„ูŒ
“Para ulama berbeda pendapat soal hewan laut. Imam Malik berkata: semua yang ada di laut halal.”

Namun pengecualian berlaku untuk buaya karena ia memiliki taring dan juga hidup di darat.


Fatwa MUI tentang Kodok

Majelis Ulama Indonesia (MUI) melalui fatwa tahun 1984 menetapkan:

  1. Menguatkan pendapat jumhur ulama (Syafi’i, Hanafi, Hanbali) yang menyatakan kodok haram dimakan.

  2. Mengakui pendapat Maliki yang membolehkan kodok.

  3. Budidaya kodok diperbolehkan untuk kebutuhan non-konsumsi, tetapi tidak boleh untuk dimakan.


Kesimpulan: Kodok Halal atau Haram?

  • Mayoritas ulama (Syafi’i, Hanafi, Hanbali): kodok haram dimakan.

  • Mazhab Maliki: kodok halal, berdasar keumuman ayat Al-Qur’an.

  • Fatwa MUI: mengakui dua pandangan, namun lebih cenderung kepada larangan konsumsi kodok.


Penafsiran Ulama

  1. Imam Nawawi: larangan membunuh katak = tanda bahwa ia haram dimakan.

  2. Ibnu Hajar: menambahkan aspek medis, kodok berbahaya bagi kesehatan.

  3. Mbah Moen: menekankan sisi spiritual, katak adalah makhluk yang bertasbih sehingga pantang dibunuh.

Tags:
pendidikan

Komentar Pengguna