Mencari Cahaya di Balik Kesunyian

Mencari Cahaya di Balik Kesunyian

11 Juli 2025 | 06:41

Di balik gunung-gunung yang menjulang, jauh dari hiruk pikuk kehidupan modern, tersembunyi sebuah gua kecil. Di sanalah, Syaikh Mahfudz al-Jawi, seorang wali Allah, menghabiskan waktu dalam khusyuk, menjalani tradisi  khalwat —menyepi untuk mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa. Bayangkan: hanya cahaya rembulan menembus kegelapan, hembusan angin sepoi-sepoi, dan zikir lirih menemani kesunyiannya. Tidak ada kitab, tidak ada tamu, hanya Syaikh Mahfudz dan Sang Khalik.

 

Khalwat bukanlah pelarian, melainkan panggilan jiwa yang mendalam. Ini adalah perjalanan spiritual yang menuntut persiapan matang, bukan sekadar keinginan sesaat. Syaikh Mahfudz, seperti para wali lainnya, telah bertahun-tahun berguru, mengasah jiwa dan raga dengan ilmu, amal, dan adab sebelum akhirnya mendapat izin untuk menyepi. Persiapan ini, yang disebut adab khalwat, krusial: tobat yang tulus, niat yang murni semata-mata untuk mencari ridho Allah, hati yang dikosongkan dari urusan duniawi, dan izin dari mursyid (guru spiritual). Imam al-Qusyairi mengingatkan, "Jangan sekali-kali memasuki keheningan sebelum hatimu siap menanggungnya. Karena sunyi dapat mengungkapkan luka-luka lama yang belum tersembuhkan."

 

Di dalam gua sunyi itu, Syaikh Mahfudz tidak hanya berdiam diri. Ia mengisi waktunya dengan berbagai teknik spiritual: zikir nafi isbat, memuji Allah dengan hati dan lisan; muraqabah, mengawasi kehadiran Allah dalam batin; tafakur, merenungkan keagungan ciptaan; wirid, membaca ayat suci Al-Qur'an dan doa; puasa dan mengurangi tidur—bukan untuk menyiksa diri, melainkan untuk mempertajam kesadaran spiritual.

 

Setelah 40 malam, Syaikh Mahfudz mencatat, "Aku melihat bayangan hatiku sendiri, kotor dan berlapis-lapis. Namun dalam kesunyian itu, Allah membersihkannya lembar demi lembar. Di antara malam yang gelap dan zikir yang senyap, aku temukan cahaya kecil yang selama ini tersembunyi di dalam diriku."

 

Ketika kembali ke masyarakat, perubahan terlihat jelas. Wajahnya memancarkan ketenangan, hatinya dipenuhi kelembutan. Bukan kesaktian yang ia peroleh, melainkan kehadiran Ilahi yang terpancar dari setiap gerak-geriknya. Anak-anak merasa nyaman di dekatnya, bahkan orang jahat pun merasa segan.

 

Khalwat bukanlah tentang melarikan diri dari dunia, melainkan perjalanan batin untuk menemukan kembali Tuhan yang selalu dekat, namun sering terhalang oleh hiruk pikuk kehidupan. Seperti Syaikh Mahfudz, banyak wali yang membuktikan bahwa menyepi bukanlah untuk menjauh, tetapi untuk kembali ke masyarakat dengan jiwa yang lebih jernih dan hati yang lebih lapang. Ibnu Ataillah berkata, "Barang siapa mengosongkan hatinya dari selain Allah, maka Allah akan memenuhi hatinya dengan cahaya-Nya."

 

Kesunyian adalah guru, khalwat adalah pintu, hati adalah murid, dan Tuhan adalah tujuan. Malam sunyi Sang Wali mengajarkan kita sebuah perjalanan spiritual yang mendalam, sebuah pencarian cahaya di balik kesunyian.

Tags:

Komentar Pengguna