Wahai para pendidik...
Engkau bukan sekadar penyampai ilmu,
engkau adalah pelita yang menerangi malam gelap jiwa.
Dalam setiap huruf yang kau lafazkan,
Terpancar kasih dan niat suci yang tak terlihat oleh mata,
Tapi mengakar dalam hati yang bersih.
Al-Imam al-Ghazali dalam Ihya' 'Ulūm al-Din menulis:
"Orang yang mengajarkan ilmu adalah wakil para nabi, karena tugas para nabi adalah mengajar dan mendidik umat." (Al-Ghazali, Ihyā', Jilid 1, hal. 50)
Tidakkah engkau malu, wahai jiwa,
Jika engkau mengajar hanya karena gaji,
Padahal tugasmu mewarisi cahaya kenabian?
Mendidik bukan sekadar menyampaikan pelajaran,
Tetapi menyentuh hati anak didikmu,
Memahami dunia batin mereka
Dan membasuh luka-luka yang tak tampak oleh mata.
Seperti yang dikatakan Imam al-Zarnūjī dalam Ta'lim
al-Muta'allim:
"Ilmu tidak akan memberi manfaat kecuali dengan adab dan kasih sayang dari guru."
Jika hatimu ikhlas,
Walau ucapanmu sederhana,
Akan masuk ke dalam jiwa-jiwa yang mendengarnya Seperti hujan yang jatuh pada tanah gersang.
Ajarkanlah dengan cinta,
Jarena cinta adalah bahasa paling dalam
Yang mampu membangkitkan semangat anak-anak yang nyaris padam.
Wahai guru...
Jadilah seperti Nabi Musa, yang sabar mendidik Bani Israil, meski mereka keras hati.
Jadilah seperti Rasulullah, yang mendidik dengan kelembutan, Hingga kerasnya Umar pun luluh menjadi cahaya.
Mengajar dengan hati adalah ibadah,
Mendidik dengan cinta adalah warisan para nabi.
Semoga setiap huruf yang kau ajarkan
Berbuah pahala yang abadi.