Menghindari Riya': Hikmah di Balik Amal yang Tersembunyi

Menghindari Riya':  Hikmah di Balik Amal yang Tersembunyi

18 Juli 2025 | 06:35

Ada kebaikan dan amal shaleh yang memang perlu (bahkan harus) diperlihatkan, dengan niat memberikan teladan, menjadi model, inspirasi, dan motivasi untuk sebanyak mungkin orang.

 

.

 

Namun, jika kita sungguh-sungguh ingin sampai pada kebahagiaan sejati, amal-amal yang tersembunyi mestilah lebih banyak dibandingkan yang terlihat oleh mata manusia.

 

.

 

Kata Imam Asy Syafi’i; “Sudah sepatutnya bagi seorang alim memiliki amalan rahasia yang tersembunyi, hanya Allah dan dirinya saja yang tahu. Karena segala sesuatu yang ditampakkan di hadapan manusia akan sedikit sekali manfaatnya di akhirat kelak.” (lihat Ta’thirul Anfas min Haditsil Ikhlas).

 

.

 

Para ulama dulu, bahkan sampai 'berlagak' seolah-olah sedang pilek untuk menyembunyikan tangisannya karena Allah, betapa mereka sangat takut terjerumus dalam riya’. 

.

 

Sufyan Ats Tsauri pernah mengatakan, “Tangisan itu ada sepuluh bagian. Sembilan bagian biasanya untuk selain Allah (tidak ikhlas) dan satu bagian saja yang mungkin untuk Allah. Jika ada satu tangisan saja dalam setahun (yang ikhlas) karena Allah, maka itu pun sudah terbilang banyak.” (Hilyatul Auliya’) 

.

 

Ayub As-Sikhtiyaniy memiliki kebiasaan bangun setiap malam. Ia pun selalu berusaha menyembunyikan amalannya, jika waktu shubuh telah tiba, ia pura-pura mengeraskan suaranya seakan-akan ia baru bangun ketika itu. 

.

 

Dalam Ta’thirul Anfas, dikisahkan juga bahwa para ulama dulu juga seringkali membatalkan puasa sunnahnya karena khawatir orang-orang mengetahui kalau ia sedang puasa. Ketika Ibrohim bin Ad-ham diajak makan (padahal ia sedang puasa sunnah), ia pun ikut makan dan ia tidak mengatakan, “Maaf, saya sedang puasa”. Itulah diantara teladan para ulama, begitu semangatnya mereka dalam menyembunyikan amalan sunnahnya. 

.

 

Sekali lagi, tidak ada yang salah dengan menampakkan amal kebaikan, apalagi jika itu bisa menjadi jalan dakwah dan uswah. 

.

 

Titik tekannya adalah komitmen dan kesediaan hati untuk sekuat tenaga meningkatkan kualitas dan kuantitas amal-amal sembunyi, disamping amal-amal tampak kita.

Tags:
pendidikan

Komentar Pengguna