keboncinta.com --- Sejak lahir, Nabi Muhammad SAW sudah menjadi seorang yatim. Ayah beliau, Abdullah, wafat sebelum kelahiran. Karena itulah, kakeknya, Abdul Muthalib, berusaha memberikan perhatian khusus kepada cucunya yang kelak akan menjadi pembawa risalah Islam. Salah satu ikhtiar yang dilakukan adalah mencarikan ibu susuan dari pedesaan.
Dalam tradisi bangsa Arab, khususnya Quraisy, anak-anak dari kalangan bangsawan dan terpandang sering kali disusukan di pedesaan. Hal ini diyakini membawa banyak manfaat, di antaranya:
Udara pedesaan lebih segar dan sehat.
Lingkungan desa lebih murni, jauh dari pengaruh kehidupan kota.
Bahasa Arab pedesaan lebih fasih dan terjaga keasliannya.
Hal ini sejalan dengan hikmah Allah SWT yang menyiapkan Nabi Muhammad SAW agar tumbuh dalam suasana sehat, sederhana, dan berbahasa Arab yang fasih.
Setelah dilahirkan, Rasulullah SAW sempat disusui oleh Tsuwaibah, budak perempuan Abu Lahab, selama beberapa hari. Kemudian Abdul Muthalib mencari ibu susu dari pedalaman.
Datanglah para ibu dari kabilah Bani Sa’ad ke Mekah untuk mencari anak-anak yang bisa disusui. Namun, banyak yang menolak Muhammad kecil karena beliau seorang yatim. Mereka beranggapan tidak akan mendapat keuntungan materi karena tidak ada ayah yang bisa memberi hadiah.
Awalnya Halimah As-Sa’diyah pun menolak. Akan tetapi, Allah SWT menanamkan rasa kasih di hatinya hingga ia menerima Nabi Muhammad SAW. Sejak membawa beliau pulang, kehidupan Halimah berubah penuh keberkahan. Susunya cukup, hewan ternaknya sehat, dan rezekinya bertambah. Orang-orang di sekitarnya berkata:
“Engkau telah mengambil seorang anak yang penuh berkah, wahai Halimah.”
Halimah merawat Nabi Muhammad SAW hingga dua tahun, kemudian menyapihnya. Ia mengembalikan beliau kepada Aminah, tetapi meminta izin untuk kembali merawatnya. Aminah pun mengizinkan.
Dalam pengasuhan Halimah, terjadi peristiwa besar: pembelahan dada (syaqq al-shadr). Dua malaikat datang membelah dada Rasulullah SAW, mengeluarkan segumpal darah hitam dari hatinya, lalu membersihkan dan mengembalikannya. Hal ini merupakan bentuk penjagaan Allah SWT sejak kecil.
Rasulullah SAW tumbuh dengan bahasa Arab paling fasih. Beliau bersabda:
"Aku adalah orang Arab paling fasih di antara kalian, karena aku dari Quraisy dan aku disusukan di Bani Sa’ad bin Bakar." (HR. Ahmad).
Ada beberapa hikmah penting mengapa Nabi Muhammad SAW disusui oleh Halimah As-Sa’diyah:
Kesehatan dan kekuatan fisik
Lingkungan desa memberikan udara segar yang menunjang kesehatan Rasulullah SAW.
Fasih dalam berbahasa Arab
Allah SWT menyiapkan Nabi dengan bahasa terbaik untuk menyampaikan Al-Qur’an. Hal ini ditegaskan dalam firman-Nya:
ุฅููููุง ุฃูููุฒูููููุงูู ููุฑูุขููุง ุนูุฑูุจููููุง ููุนููููููู ู ุชูุนูููููููู
Artinya: “Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al-Qur’an berbahasa Arab agar kamu memahaminya.” (QS. Yusuf: 2).
Pendidikan kesederhanaan
Hidup di pedesaan menanamkan nilai kerja keras, kesabaran, dan kesederhanaan.
Tanda keberkahan
Allah menunjukkan sejak awal bahwa Nabi Muhammad SAW membawa keberkahan, sebagaimana dialami oleh Halimah dan keluarganya.
Nabi Muhammad SAW tidak disusui langsung oleh ibunya, Aminah, melainkan oleh Halimah As-Sa’diyah.