Mental Baja dari Pondok: Proses yang Tak Selalu Mudah tapi Sangat Berarti.

Banyak orang tua yang tidak mengerti bahwa menitipkan anak ke pondok pesantren tidak hanya sekedar belajar ilmu agama, tapi pesantren juga tempat untuk membentuk karakter dan mental yang kuat untuk menghadapi tantangan dunia. Di pesantren anak-anak tidak hanya diajari kitab-kitab, mereka juga dilatih untuk mampu melewati ujian hidup yang keras, seperti harus jauh dari keluarga, belajar disiplin, fasilitas yang terbatas serta padatnya rutinitas.
Tidak sedikit santri yang tadinya rapuh, gampang nangis , gampang marah ,gampang menyerah. Tapi Setelah masuk ke pondok pesantren mereka mempunyai kepribadian yang baik Dan lebih kuat.
Sayangnya, terkadang ada orang tua yang tidak sabar ketika anaknya mengeluh tentang hidup di pondok dan meminta pulang, mereka selalu mendukung anak-anaknya, padahal mungkin saja pada saat itu anaknya berada pada titik didikan terbaik dalam kehidupannya, belajar menjadi pribadi yang lebih kuat mentalnya dan tahan terhadap ujian.
Marilah kita pahami hal-hal yang sering terjadi pada santri:
1. Anak gampang baper ketika ditegur guru atau ustadz. Anak kadang mungkin mengeluh tentang guru Atau ustadz yang sering menegurnya . Bukankah sebagai orang tua pun sering menegur anaknya ketika berbuat salah ketika di rumah? Teguran itu bukan karena benci tapi lebih ke arah mengingatkan nya agar tidak mengulang hal yang sama. Di pesantren mereka dilatih untuk mampu menerima nasihat- nasihat meskipun terasa pahit, itu untuk melatih hati mereka agar menjadi orang yang berlapangdada.
2. Terkadang anak mengeluh tentang hidup di pondok pesantren , "kasur nya hilang, sabun nya hilang ,sandal hilang" dll. Itu sesuatu yang wajar .tapi itu semua merupakan latihan untuk membentuk jiwa yang kuat . Dan tahan banting. Mereka di didik agar tidak manja dan tidak hanya bergantung pada kenyamanan.
3. Takut Gagal dan ingin pulang. Ada Sebagian santri yang ingin pulang karena merasa tidak mampu menghafal dan memahami pelajaran. Disaat itulah peran orang tua dibutuhkan untuk menguatkan hati anaknya agar anaknya bertahan di pesantren. Jika setiap kali anak merasa gagal lalu di bawa pulang, bagaimana mungkin mereka bisa mempunyai mental pemenang.
4. Ingin pulang karena merasa rindu. Rindu keluarga yang ada di rumah itu hal yang wajar. Dari rasa rindu itulah diharapkan santri mampu memahami arti kesabaran dan pengorbanan .
Tags:
Pendidikan Islam penuh kasihKomentar Pengguna
Recent Berita

Turunkan Tim Investigasi Internal ke Daerah,...
10 Agt 2025
Dirjen Pendis Segera Luncurkan Program Wakaf...
10 Agt 2025
Sejumlah Tokoh Lintas Iman Dukung Penguatan K...
10 Agt 2025
Angka Pernikahan Anak Turun dalam Tiga Tahun...
10 Agt 2025
Membaca dengan Berpikir: 7 Cara Mencatat yang...
09 Agt 2025
Sekjen Kemenag Ungkap Komunikasi Terbuka dapa...
08 Agt 2025
Mental Baja dari Pondok: Proses yang Tak Sela...
08 Agt 2025
Diduga Terlibat Kegiatan Terorisme, Seorang A...
07 Agt 2025
Ingin Tiru Yordania dan Kuwait, Menag Minta B...
07 Agt 2025
Persiapan Haji 2026, Menag Sebut Rencana Pemb...
06 Agt 2025
Kemenag Gelar Pelatihan Strategi Komunikasi D...
06 Agt 2025
Kemenag Kukuhkan 267 Amil Zakat Kompeten 2025...
05 Agt 2025
Pengajuan Tunjangan Insentif GBPNS Guru Madra...
04 Agt 2025
Ingin Belajar Kerukunan dari Indonesia, Utusa...
04 Agt 2025
Dibuka sampai Besok! Lebih dari 150 Ribu Pese...
04 Agt 2025
Gelar Rakernas Evaluasi Haji 1446 H, Kemenag...
03 Agt 2025
Kemenag Sepakat Perkuat Audit Syariah terhada...
03 Agt 2025
BSU Guru 2025 Sudah Cair? Ini Cara Cek dan Sy...
03 Agt 2025
Kemenag jadi Kementerian Paling Aktif dalam P...
03 Agt 2025