Dalam era modern yang serba cepat ini, pengaruh budaya global seringkali mengaburkan nilai-nilai luhur yang telah diwariskan oleh para leluhur. Salah satu aspek yang perlu mendapat perhatian serius adalah cara berpakaian, khususnya bagi kaum perempuan. Kalam Habib Umar bin Hafidz berikut ini memberikan renungan mendalam tentang pentingnya menjaga kesucian dan kehormatan perempuan melalui pilihan pakaian yang bijak:
"Pilihlah pakaian untukmu dan untuk anak perempuanmu... Lihatlah mereka (kaum kafir) mempermainkan anak perempuan kita, mereka mempermainkan pakaian dan baju-baju anak kita... dan kau tempat permainan mereka, mereka mendapatimu cocok untuk dipermainkan... belum lagi semua itu dengan uangmu..."
Habib Umar menyoroti betapa rentannya perempuan terhadap pengaruh negatif budaya konsumerisme yang mendorong penggunaan pakaian yang minim dan mengumbar aurat. Pakaian-pakaian tersebut, yang seringkali dipromosikan oleh media dan figur publik, bukan hanya sekadar tren mode, tetapi juga merupakan alat yang digunakan untuk mempermainkan dan merendahkan martabat perempuan. Lebih menyedihkan lagi, perempuan seringkali terjebak dalam permainan ini dengan sengaja atau tanpa sadar membeli pakaian-pakaian tersebut dengan uang mereka sendiri.
Habib Umar melanjutkan, "... setiap tampak hal-hal yang baru (dari pakaian) yang rendahan, membuat jauh anak perempuanmu dari rasa malu, menjauhkannya dari pakaian yang tertutup dan menjauhkannya dari mencintai Nabi Muhammad, menjauhkannya dari menyerupai Sayyidah Fatimah Azzahra, serta saudaranya, juga Sayyidah Khadijah alkubro, Sayyidah Aisyah, Para Ummahatil mukminin, Sayyidah Asiyah dan Sayyidah Maryam.. dan mendekatkan anak perempuanmu kepada wanita yang rusak dizamanmu dan wanita yang buruk diwaktumu, dari para artis dan wanita yang berpakaian namun terbuka..."
Pesan yang disampaikan Habib Umar sangat jelas: pilihan pakaian bukan hanya soal estetika, tetapi juga berkaitan erat dengan akhlak, moral, dan keimanan. Pakaian yang minim dan tidak menutup aurat akan menjauhkan perempuan dari nilai-nilai keislaman, mengurangi rasa malu, dan mendekatkan mereka pada pengaruh buruk dari lingkungan sekitar. Sebaliknya, mencontoh teladan para wanita shalihah seperti Sayyidah Fatimah, Khadijah, Aisyah, dan lainnya, akan membentuk karakter yang kuat dan terhormat.
Habib Umar kemudian memberikan contoh konkret: "... mereka mengambilkan untukmu pakaian yang mendekatkan anakmu kepada wanita-wanita yang buruk dan menjauhkan anakmu dari Fatimah dan Ummahatil mukminin dan kau membelinya dengan Uangmu! Pakaian itu (pendek) menampakan pergelangan kakinya lalu naik menampakkan betisnya, dan kau masih membelinya!"
Ini merupakan kritik tajam terhadap budaya konsumerisme yang mengeksploitasi perempuan melalui pakaian. Pakaian yang dianggap modern dan trendi, seringkali justru menampakkan aurat dan menjerumuskan perempuan ke dalam jurang moral yang berbahaya. Oleh karena itu, penting bagi setiap orang tua, khususnya kaum ibu, untuk memilih pakaian yang sesuai dengan syariat Islam dan mengajarkan anak perempuannya tentang pentingnya menjaga kesucian dan kehormatan diri.
Sebagai penutup, kalam Habib Umar ini menjadi pengingat bagi kita semua untuk lebih bijak dalam memilih pakaian, baik untuk diri sendiri maupun untuk anak perempuan kita. Marilah kita menjadikan teladan para wanita shalihah sebagai pedoman dalam berpakaian dan menjaga nilai-nilai luhur yang telah diwariskan oleh agama kita. Semoga Allah SWT senantiasa melindungi kita dari pengaruh buruk dan memberikan hidayah kepada kita semua.