keboncinta.com --- Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar istilah silaturahmi dan silaturahim untuk menyebut aktivitas menjalin hubungan baik. Meskipun keduanya sering dianggap sama, secara bahasa Arab terdapat perbedaan mendasar antara keduanya.
Menurut penjelasan dari Muhammadiyah.or.id, istilah ini berasal dari dua kata, yaitu shilah (شِلاَةٌ) yang berarti sambungan atau hubungan, dan ar-rahim (الرَّحِمُ) yang secara bahasa berarti rahim atau ikatan kekerabatan.
Dari akar kata rahima – yarhamu (رَحِمَ – يَرْحَمُ), muncul makna kasih sayang dan juga rasa sakit pada rahim setelah melahirkan.
Silaturahim
Merupakan gabungan kata shilah (hubungan) dan ar-rahim (rahim, kekerabatan). Secara literal, istilah ini lebih tepat digunakan untuk menjalin hubungan dengan kerabat yang memiliki ikatan darah, seperti orang tua, saudara kandung, kakek-nenek, paman, dan bibi.
Silaturahmi
Berasal dari kata shilah dan rahmi (kasih sayang), yang maknanya lebih luas mencakup hubungan baik dengan siapa saja, termasuk teman, tetangga, atau rekan kerja.
Dalam buku Ibnu Mas`Ad Masjhur 29 Dosa Suami Istri Yang Menghalangi Datangnya Rezeki, dijelaskan bahwa silaturahmi biasanya digunakan untuk hubungan dengan non-kerabat, sedangkan silaturahim untuk kerabat dekat.
Namun menurut M. Quraish Shihab dalam Shihab & Shihab, substansi keduanya sama, karena keduanya mengandung makna “menyambung hubungan yang terputus.”
Dalam KBBI, kata baku yang diakui adalah silaturahmi dengan arti “tali persaudaraan atau persahabatan.” Sedangkan silaturahim dianggap sebagai bentuk tidak baku. Majelis Tarjih Muhammadiyah menegaskan bahwa penggunaannya disesuaikan dengan kebiasaan masyarakat, selama maknanya tetap baik.
Allah SWT berfirman dalam QS. An-Nisa ayat 1:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ ۚ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
Artinya: “Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari satu jiwa, dan darinya Dia menciptakan pasangannya. Dari keduanya Dia memperkembangbiakkan banyak laki-laki dan perempuan. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta, dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu.”
Rasulullah SAW juga bersabda:
مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ، وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ، فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
(Barang siapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, hendaklah ia menyambung tali silaturahmi).
(HR. Bukhari dan Muslim)
Dalil Penguat Tambahan:
Dalam QS. Muhammad ayat 22-23, Allah memperingatkan keras:
فَهَلْ عَسَيْتُمْ إِن تَوَلَّيْتُمْ أَن تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ وَتُقَطِّعُوا أَرْحَامَكُمْ أُو۟لَـٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ لَعَنَهُمُ ٱللَّهُ فَأَصَمَّهُمْ وَأَعْمَىٰٓ أَبْصَـٰرَهُمْ
Artinya: “Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? Mereka itulah orang-orang yang dilaknat Allah, lalu ditulikan telinga mereka dan dibutakan penglihatan mereka.”
Rasulullah SAW bersabda:
لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَاطِعٌ
(Tidak akan masuk surga orang yang memutus tali silaturahmi).
(HR. Bukhari dan Muslim)
Mendapat rahmat Allah SWT.
Memperpanjang umur dan melapangkan rezeki.
Menjadi sebab masuk surga.
Menumbuhkan rasa kasih sayang dan mempererat persaudaraan.
Rasulullah SAW juga bersabda:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَفْشُوا السَّلَامَ وَأَطْعِمُوا الطَّعَامَ وَصِلُوا الأَرْحَامَ وَصَلُّوا بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ بِسَلاَمٍ
(Wahai manusia, sebarkanlah salam, berilah makan, sambunglah silaturahmi, dan shalatlah di malam hari ketika manusia sedang tidur, niscaya kalian masuk surga dengan selamat).
(HR. Tirmidzi)