Prioritas Ilmu: Pelajaran Hidup dari Kisah Kyai Ahmad Sholeh Langitan

Prioritas Ilmu: Pelajaran Hidup dari Kisah Kyai Ahmad Sholeh Langitan

20 Juli 2025 | 16:14

Aku mendapatkan riwayat ini dari al-Marhum KH. Ghufron In'am, Salah satu Pengasuh Pondok Sanggrahan Prambon Nganjuk, Alumni pondok Mojosari, mertua Al Faqir Illarohmatirobbi, Beliau menceritakan:

 

Pernah, suatu ketika Kyai Ahmad Shaleh Langitan mendapatkan bai'at dari seorang Mursyid Thoriqoh yang cukup terkenal pada zamannya. Kyai Sholeh oleh sang mursyid di perintahkan berkhalwat selama 40 hari.

 

Tepat pada hari ke empat puluh, datanglah mertua beliau, Kyai Mukhtar Cepoko-Nganjuk. Kyai Mukhtar mengetuk jendela kamarnya, sembari mengucapkan salam berulang kali. "As salamu alaykum gus... as salamu alaykum gus..". Kyai Sholeh di hinggapi kecemasan dan kebimbangan, jika membukakan pintu, berarti khalwatnya batal, padahal tinggal beberapa jam lagi, jika tidak membuka-kan pintu, merasa segan kepada Mertuanya.

 

Dengan perasaan campur-aduk, akhirnya Kyai Sholeh membatalkan khalwatnya dan membukakan pintu kamarnya, seraya mempersilahkan Kyai Mukhtar untuk masuk. Namun Kyai Mukhtar menolak. Beliau hanya berkata dari depan pintu: "Gus.. kulo namung bade tangklet, teng Masjidil Haram niko majelis ingkang katah di rawuhi Ulama.. majelis ingkang pundi Gus?".

 

"Gus.. saya hanya mau bertanya, di Masjidil haram itu majelis apa yang banyak di hadiri Ulama.. majelis yang mana Gus?".

 

Pertanyaan itu belum sempat di jawab, Kyai Mukhtar langsung berpamitan pulang.

 

Kyai Sholeh tergetar hatinya, beliau teringat.. Majlis yang paling ramai di hadiri para ulama di Masjidil haram adalah MAJLIS ILMU yang berada di dekat Babus Salam, bukan majelis Dzikirnya para Guru Tarekat.

 

Ini merupakan isyarat, bahwa thoriqoh yang paling utama adalah TA'LIM WAT TA'ALLUM

 

Semenjak itu, Kyai Sholeh berjanji tidak akan mengikatkan diri pada thoriqoh tertentu, kecuali menjalani Thoriqoh at-Ta'lim wat Ta'allum (Ngedep Dampar... Mulang Ngaji).

Tags:

Komentar Pengguna