Keboncinta.com-- Dalam Islam, menegur bukan sekadar menyampaikan kesalahan, tetapi juga bentuk kasih sayang. Tujuan utamanya adalah mengajak kepada kebaikan, bukan mempermalukan. Karena itulah, Islam mengajarkan seni menegur dengan adab—sebuah cara yang halus namun tetap tegas, yang menjaga marwah orang yang ditegur tanpa mengurangi kebenaran yang perlu disampaikan.
Rasulullah SAW adalah teladan utama dalam hal ini. Beliau menegur dengan penuh kelembutan dan empati. Ketika melihat seseorang berbuat salah, Rasulullah sering menggunakan kalimat tidak langsung seperti, “Ada orang yang…” atau “Mengapa sebagian di antara kalian…”. Cara ini membuat pesan tersampaikan tanpa menunjuk hidung, sehingga hati tetap terjaga dan rasa malu yang berlebihan tidak muncul.
Seni menegur juga dimulai dari niat. Niat yang lurus—ingin memperbaiki, bukan menghina—akan memengaruhi pilihan kata dan sikap kita. Niat yang baik menghadirkan tutur yang lembut, sementara niat yang salah sering memunculkan nada menghakimi. Karena itu, sebelum berbicara, tanyakan pada diri sendiri: “Apakah ini untuk kebaikan dia atau sekadar pelampiasan emosi?”
Selain itu, pilihlah waktu dan tempat yang tepat. Menegur di depan umum dapat melukai hati seseorang. Teguran yang dilakukan secara pribadi jauh lebih berkesan dan menjaga martabatnya. Di sinilah adab memainkan peran penting—kebenaran tetap disampaikan, namun kehormatan tetap dijaga.
Gunakan bahasa yang bijak dan solusi yang jelas. Hindari kata-kata kasar, karena kata buruk hanya menutup pintu hati. Sebaliknya, teguran yang disampaikan dengan senyum, nada tenang, dan ajakan perbaikan justru lebih mudah diterima.
Seni menegur dengan adab adalah bentuk kecerdasan spiritual. Ia mengajarkan bahwa kebenaran tidak harus disampaikan dengan keras, dan perbaikan tidak harus melukai. Ketika adab mendampingi kebenaran, maka nasihat berubah menjadi cahaya—menerangi tanpa membakar.
Contributor: Tegar Bagus Pribadi