Keboncinta.com-- Raja Kesultaran Yogyakarta pada masa revolusi, Sultan Hamengkubuwana IX merupakan salah satu tokoh paling berpengaruh dalam perjalanan sejarah Indonesia modern.
Lahir pada 12 April 1912 dengan nama Gusti Raden Mas Dorodjatun, beliau naik takhta sebagai Raja Kesultanan Yogyakarta pada tahun 1940 dan dikenal sebagai pemimpin yang cerdas, rendah hati, serta berpandangan maju.
Gaya kepemimpinannya yang dekat dengan rakyat menjadikannya sosok panutan dalam dunia sosial dan politik Indonesia.
Pada masa perjuangan kemerdekaan, Sultan Hamengkubuwana IX tampil sebagai tokoh sentral. Ketika Republik Indonesia masih rapuh dan berada di bawah ancaman kolonial Belanda, Sultan dengan tegas menyatakan dukungannya kepada pemerintah Indonesia.
Ia membuka tangan dan wilayahnya, menyediakan Yogyakarta sebagai ibu kota sementara negara ketika Jakarta tidak lagi aman.
Keberanian ini tidak hanya memperkuat posisi Republik, tetapi juga menempatkan Yogyakarta sebagai pusat perjuangan nasional.
Selain perannya dalam mempertahankan negara, Sultan Hamengkubuwana IX juga menjadi penggerak modernisasi dan pembangunan Yogyakarta. Ia mendorong pembenahan infrastruktur, peningkatan pendidikan, dan pengembangan budaya.
Di bawah kepemimpinannya, Yogyakarta tumbuh menjadi pusat pendidikan yang penting, sekaligus daerah istimewa yang mampu merawat tradisi sambil tetap membuka diri terhadap kemajuan zaman.
Baca Juga: SPPG Kebon Cinta Kantongi Dua Sertifikat Resmi, Bukti Keseriusan dalam Menunjang Program MBG
Pada tingkat nasional, Sultan memegang berbagai posisi strategis. Ia pernah menjabat sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia ke-2, Menteri Pertahanan, dan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan.
Dalam setiap jabatan yang diembannya, Sultan selalu dikenal sebagai sosok yang bijaksana, tegas, dan berintegritas tinggi. Ia menjadi penengah yang mampu menjembatani berbagai kepentingan politik tanpa pernah menonjolkan dirinya.
Pribadinya yang sederhana serta kepeduliannya terhadap rakyat menjadikan Sultan Hamengkubuwana IX dihormati oleh berbagai kalangan.
Ia tidak hanya menjadi raja bagi Yogyakarta, tetapi juga figur negarawan yang dihargai seluruh rakyat Indonesia.
Sultan Hamengkubuwana IX menutup perjalanan hidupnya pada 2 Oktober 1988 di Washington D.C., Amerika Serikat.
Kepergiannya menjadi kabar duka besar bagi Indonesia, sebab beliau bukan hanya Raja Yogyakarta, tetapi juga seorang negarawan yang jasa-jasanya begitu dalam bagi bangsa.
Setelah wafat, jenazah beliau dipulangkan ke Tanah Air dan dimakamkan di Pemakaman Raja-raja Mataram, Imogiri, Yogyakarta, sesuai tradisi Kesultanan. Ribuan warga menyambut prosesi pemakamannya dengan penuh hormat.
Kesedihan menyelimuti masyarakat Yogyakarta dan seluruh bangsa, karena Indonesia kehilangan sosok pemimpin yang dikenal sederhana, bijaksana, dan sangat berpengaruh dalam sejarah republik.
Meski telah berpulang, namanya dikenang sebagai raja yang merendah tapi berjasa besar, pemimpin yang bekerja tenang namun meninggalkan jejak sejarah yang tidak tergantikan.
Peninggalan perjuangan, pemikiran, dan teladan kepemimpinannya tetap abadi hingga kini, menjadikannya salah satu tokoh besar yang membentuk fondasi Republik Indonesia merdeka.***