Takdir dan Usaha: Dua Sisi Mata Uang yang Tak Terpisahkan
Konsep takdir seringkali menimbulkan pertanyaan dan perdebatan. Apakah manusia, dengan segala usaha dan jerih payahnya, mampu mengubah takdir yang telah ditetapkan? Pemahaman yang keliru seringkali memunculkan anggapan bahwa usaha manusia berdiri sendiri, terpisah dari rencana Ilahi yang terukir dalam Lauh Mahfuzh. Padahal, keduanya merupakan dua sisi mata uang yang tak terpisahkan.
Al-Qur'an dengan tegas menyatakan bahwa tidak ada satu pun kejadian, sekecil apapun, yang luput dari pengetahuan dan ketetapan Allah SWT. Ayat-ayat seperti QS. Al-Hadid: 22 dan QS. Saba': 3 menegaskan bahwa segala sesuatu, termasuk usaha dan hasilnya, telah tertulis dalam Kitab yang Maha Jelas.
Pertanyaan mengenai kemampuan usaha untuk mengubah takdir berangkat dari premis yang salah. Premis tersebut mengasumsikan adanya suatu tindakan manusia yang berada di luar lingkup takdir, seolah-olah ada usaha yang tidak tercatat dalam Lauh Mahfuzh. Namun, kenyataannya, setiap usaha, tindakan, pilihan, dan bahkan doa yang dipanjatkan manusia, merupakan bagian tak terpisahkan dari rencana Allah SWT.
Contohnya, seseorang yang berhasil keluar dari kemiskinan melalui kerja keras. Takdirnya bukanlah sekadar "miskin lalu kaya," melainkan "miskin, lalu berusaha keras, lalu kaya." Usaha keras tersebut merupakan bagian integral dari takdirnya. Sebaliknya, seseorang yang lahir kaya namun jatuh miskin karena kemalasan, takdirnya bukanlah "kaya lalu miskin," melainkan "kaya, lalu malas, lalu miskin." Kemalasannya pun merupakan bagian dari takdir yang telah ditetapkan.
Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Turmudzi mengenai ruqyah (doa penyembuhan) memperkuat pemahaman ini. Rasulullah SAW menyatakan bahwa ruqyah itu sendiri merupakan bagian dari takdir. Ini menunjukkan bahwa segala upaya manusia, termasuk pengobatan, termasuk dalam rencana Allah SWT.
Kesimpulannya, takdir dan usaha bukanlah dua entitas yang berlawanan atau saling bertentangan. Usaha manusia adalah bagian dari takdir yang telah ditetapkan. Tidak ada usaha yang dapat mengubah ketetapan Allah SWT, namun usaha tersebut merupakan bagian dari jalan yang telah Allah SWT tetapkan. Oleh karena itu, kita sebagai manusia hendaknya senantiasa berusaha dengan sungguh-sungguh, seraya bertawakal kepada Allah SWT atas segala hasil usaha kita. Dengan demikian, kita menjalankan peran kita dalam rencana Ilahi yang telah ditetapkan.