Ujian hidup adalah bagian tak terpisahkan dari perjalanan manusia. Selama nafas masih berhembus, ujian akan terus datang silih berganti. Namun, di balik setiap cobaan, terdapat hikmah yang tersembunyi, sebuah rencana Ilahi yang penuh kasih sayang. Memahami hal ini adalah kunci untuk menemukan kedamaian dan ketentraman di tengah badai kehidupan.
Pandangan tauhid menjadi lensa yang tepat untuk melihat ujian. Bukannya bertanya "kenapa?", kita seharusnya merenungkan "apa yang Allah ingin ajarkan?". Dengan makrifat, ujian berubah dari perpisahan menjadi pertemuan, dari penyimpangan menjadi jalan pulang, dari kebencian menjadi kasih sayang. Ujian bukanlah beban, melainkan sandaran yang Allah kuatkan; bukan musibah, melainkan proses pelembutan roh; bukan hukuman, melainkan ungkapan rindu-Nya yang tersirat.
Redha atas ujian bukanlah hal mudah, namun bukan pula mustahil. Redha bukan berarti meniadakan rasa sakit atau luka, melainkan penerimaan atas kehendak Allah. Ketika hati mengenal Sang Pemberi Ujian, perlawanan dan pemberontakan akan sirna, digantikan oleh kelembutan dan ketundukan. Ujian menjadi sahabat sejati yang membawa kabar dari Tuhan, menuntun kita pada jalan penyucian dan pembuka hijab. Redha bukan akhir harapan, melainkan awal dari kepasrahan yang membawa kedamaian dan menghadirkan Allah dalam jiwa.
Percayalah, setiap ujian mengandung rahmat. Allah tidak pernah zalim; segala yang terjadi adalah bagian dari perjalanan kembali kepada-Nya. Dari kepercayaan ini lahir kesabaran—bukan sekadar menahan, tetapi hidup dengan keyakinan bahwa Allah mengurus segala sesuatu dengan sempurna. Keyakinan yang teguh, tak goyah oleh goncangan dunia, meyakini bahwa rencana Allah jauh lebih baik dari apa yang kita pikirkan. Ujian menulis cerita indah, membentuk jiwa bersih, hati lapang, dan roh yang hidup. Tidak ada ujian yang sia-sia.
Dengan keyakinan yang teguh, redha akan mengalir dengan sendirinya. Redha bukan menyerah, tetapi tunduk dengan tenang. Terimalah segala sesuatu dengan hati terbuka, tanpa bertanya "kenapa", melawan takdir, atau menyalahkan siapa pun. Allah sedang mendidik, membentuk, dan menarik hati kita lebih dekat kepada-Nya.
Ujian adalah hadiah yang menyakitkan, namun membahagiakan. Dengan mata tauhid, setiap ujian adalah rahmat tersembunyi, setiap luka sentuhan kasih, setiap air mata wudhu jiwa, setiap kehilangan ruang untuk mengosongkan diri dari dunia agar dipenuhi oleh Allah.