Teknologi
M. Fadhli Dzil Ikram

Waspada, Deepfake Ini Mengincar Rekening Anda

Waspada, Deepfake Ini Mengincar Rekening Anda

18 Juli 2025 | 03:27

keboncinta.com --- Pentingnya data sensitif yang ditangani bank, serta kerumitan dan ketergantungannya pada teknologi digital, menjadikan industri perbankan salah satu yang paling rentan terhadap serangan siber. Kejahatan siber berbasis AI semakin marak dan sulit diidentifikasi akibat pertumbuhan transaksi digital yang terus berlanjut.

Bayangkan atasan Anda sedang melakukan panggilan video kepada Anda. Ia memberi Anda instruksi untuk mentransfer sejumlah besar uang tunai ke rekening tertentu. Dalam panggilan video tersebut, suara dan wajah tampak nyata. Namun, uang tersebut lenyap dalam hitungan jam. Penemuan mengejutkan yang muncul setelah penyelidikan adalah bahwa atasan tersebut tidak pernah menelepon. Ternyata, teknologi deepfake digunakan untuk memanipulasi panggilan tersebut.

Menurut Ganda Raharja Rusli, Direktur Risiko, Kepatuhan, dan Hukum di Allo Bank, kisah-kisah seperti ini merupakan ancaman nyata bagi sektor perbankan global, termasuk Indonesia.

Sektor keuangan saat ini berisiko terkena setidaknya dua jenis deepfake:

Penipuan yang melibatkan kloning suara
Pencurian identitas dan KYC palsu (data pelanggan palsu dan pencurian identitas pelanggan)

Penipuan kloning suara telah muncul sebagai alat baru bagi para penipu, menurut Ganda. Dengan tingkat keahlian ini, mereka dapat meniru ucapan seseorang secara akurat, memungkinkan pencuri untuk melakukan penipuan yang lebih realistis.

Suara orang sungguhan dapat ditiru melalui kloning suara. Dalam salah satu contoh, yang terjadi di luar negeri, pencuri menggunakan manipulasi suara seorang pemimpin perusahaan untuk memberi tahu rekan-rekannya agar melakukan transfer. Bawahan tersebut mengira ia mengatakan yang sebenarnya karena terdengar mirip. Dalam diskusi panel media tentang ancaman deepfake pada hari Kamis, 17 Juli 2025, di kantor Bank Allo, Jakarta Selatan, Ganda mengungkapkan bahwa itu bukanlah bosnya yang memerintahkan untuk transfer.

Pencurian identitas nasabah secara menyeluruh, termasuk menggunakan suara dan wajah yang mirip dalam obrolan video, merupakan jenis kedua.

"Bahkan seorang pemimpin negara pun dapat diparodikan menggunakan video AI, dengan mulutnya seolah mengucapkan kata-kata yang persis sama, bahkan suaranya pun mirip," Ganda menunjukkan.

"Jadi, dulu kita hanya menganggapnya sebagai lelucon, sekarang justru dimanfaatkan oleh penjahat siber," ujarnya.

Bank digital harus menerapkan langkah-langkah pencegahan yang seimbang karena teknologi deepfake berkembang pesat dan teknik penipuan semakin canggih, tambah Ganda.

"Bank digital perlu menerapkan strategi optimalisasi risiko yang menyeimbangkan pengalaman nasabah dan aspek keamanan, untuk menjaga kepuasan dan loyalitas jangka panjang," ujarnya.

Country General Manager Advance adalah Anggraini Rahayu. Landasan kepercayaan konsumen terhadap perbankan digital terancam serius oleh pesatnya perkembangan teknologi deepfake dan dampaknya terhadap industri keuangan, menurut AI, penyedia teknologi solusi keamanan berbasis AI.

"Pendekatan keamanan proaktif tidak hanya penting untuk melindungi pengguna dari potensi bahaya pribadi, tetapi juga krusial untuk menjaga reputasi lembaga keuangan," ujarnya.

Tags:
teknologi

Komentar Pengguna