Keboncinta.com-- Kebiasaan menunda tugas menjadi potret yang sangat akrab dalam kehidupan sehari-hari. Ia kerap muncul tanpa disadari, berawal dari niat singkat seperti “nanti dulu”, lalu berubah menjadi penundaan panjang hingga berjam-jam atau bahkan berhari-hari.
Di meja belajar maupun ruang kerja, daftar tugas seolah menunggu tanpa suara. Sementara itu, pikiran sibuk mencari pembenaran untuk tidak segera memulai.
Umumnya, penundaan muncul saat seseorang berhadapan dengan pekerjaan yang terasa berat, rumit, atau menguras energi.
Tugas besar sering tampak seperti tantangan yang terlalu tinggi. Sebaliknya, aktivitas ringan dan menyenangkan terasa jauh lebih menggoda, mulai dari menggulir media sosial, menonton video singkat, hingga melakukan hal remeh yang sebenarnya tidak mendesak.
Namun, menunda pekerjaan tidak selalu identik dengan kemalasan. Di baliknya, ada konflik batin yang tidak sederhana. Sebagian orang diliputi rasa takut gagal atau khawatir hasil pekerjaannya tidak memuaskan.
Baca Juga: Status PPPK Paruh Waktu Tak Lagi Mandek? Ini Sinyal Kuat Jalan Menuju Penuh Waktu
Ada pula yang merasa kewalahan karena tidak tahu harus memulai dari mana, atau jenuh karena tugas terasa tidak bermakna.
Perasaan tersebut membuat seseorang terjebak dalam lingkaran ingin mengerjakan, tetapi terus menunda. Ironisnya, penundaan justru melahirkan rasa bersalah.
Meski tubuh sibuk dengan aktivitas lain, pikiran tetap dihantui bayangan tenggat waktu yang semakin dekat.
Akibatnya, waktu malam terasa lebih panjang dan penuh tekanan. Saat deadline kian mendekat, pekerjaan akhirnya dilakukan dengan tergesa-gesa, diliputi kepanikan, dan sering kali menghasilkan kualitas yang kurang maksimal.
Fenomena ini lazim dialami pelajar yang baru belajar menjelang ujian, maupun pekerja yang berkali-kali membuka dokumen lalu menutupnya kembali dengan janji “sebentar lagi”.
Meski tampak sulit dihilangkan, kebiasaan menunda sebenarnya bisa dikurangi. Perubahan dapat dimulai dari langkah kecil.
Baca Juga: Terungkap! Alasan Sebenarnya Pengangkatan PPPK Honorer Tak Kunjung Tuntas
Memecah tugas besar menjadi bagian yang lebih sederhana membantu pikiran merasa lebih ringan. Menata ulang ruang kerja juga dapat menciptakan suasana yang lebih mendukung fokus.
Mengatur waktu kerja dengan jeda singkat membantu menjaga energi mental. Salah satu cara paling sederhana adalah memulai pekerjaan hanya selama lima menit.
Meski terdengar sepele, langkah awal ini sering kali cukup untuk membuat seseorang terus melanjutkan tugasnya.
Memberikan penghargaan kecil setelah menyelesaikan pekerjaan dapat meningkatkan motivasi. Selain itu, memahami manfaat dan tujuan dari tugas yang dikerjakan membuat dorongan untuk bekerja terasa lebih tulus.
Saat kebiasaan menunda mulai berkurang, ritme harian pun berubah. Tugas tidak lagi menjadi momok yang menakutkan, melainkan bagian dari aktivitas yang bisa dikendalikan.
Baca Juga: Kenapa Pemerintah Ingin Setiap Desa Punya PAUD? Ternyata Ini Dampaknya
Pikiran terasa lebih tenang, hasil kerja meningkat, dan waktu seakan lebih lapang. Meski perubahan tidak terjadi secara instan, konsistensi dalam langkah kecil akan membentuk pola hidup yang lebih sehat.***