Budaya
Vini Dwi Jayati

Curak: Tradisi Lama yang Tetap Hidup di Tengah Zaman

Curak: Tradisi Lama yang Tetap Hidup di Tengah Zaman

22 Desember 2025 | 21:48

Keboncinta.com-- Di tengah arus modernisasi dan perubahan gaya hidup, berbagai tradisi lokal perlahan mulai jarang dikenal, terutama oleh generasi muda. Namun, di beberapa daerah, tradisi curak atau sawer masih tetap melekat dalam kehidupan masyarakat. Tradisi ini kerap dilakukan sebagai bentuk rasa syukur atas rezeki, kesehatan, dan pencapaian tertentu. Apakah kamu pernah melakukan atau menyaksikan tradisi ini?

Apa Itu Curak?

Curak merupakan salah satu tradisi lisan yang hidup dan berkembang di tengah masyarakat lokal. Tradisi ini diwujudkan melalui praktik berbagi baik berupa uang, makanan, maupun barang yang dilakukan pada momen-momen tertentu. Curak tidak sekadar menjadi kebiasaan, tetapi juga berfungsi sebagai sarana penyampaian nilai-nilai kehidupan, norma sosial, serta identitas budaya suatu komunitas yang diwariskan secara turun-temurun.

Asal-usul Tradisi Curak

Tradisi curak berasal dari kebiasaan masyarakat lokal yang tumbuh sebagai bagian dari adat dan budaya setempat. Pada awalnya, curak dilakukan sebagai wujud kebersamaan, rasa syukur, serta sarana mempererat hubungan sosial antarwarga. Tradisi ini lahir dari nilai gotong royong dan solidaritas yang kuat dalam kehidupan masyarakat, terutama pada momen perayaan adat atau kegiatan bersama. Seiring waktu, curak tidak hanya menjadi warisan budaya, tetapi juga simbol identitas dan kebersamaan masyarakat yang tetap dipertahankan hingga kini.

Nilai-Nilai yang Terkandung dalam Tradisi Curak

Tradisi curak mengandung berbagai nilai luhur yang masih relevan hingga sekarang, di antaranya:

  1. Nilai kebersamaan dan gotong royong, karena dilakukan bersama dan melibatkan banyak orang.
  2. Nilai kejujuran dan keterbukaan, sebagai bentuk berbagi rezeki dengan tulus.
  3. Nilai kekeluargaan dan solidaritas sosial, yang mempererat hubungan antaranggota masyarakat.

Nilai-nilai inilah yang membuat tradisi curak bukan sekadar seremoni, melainkan sarana memperkuat ikatan sosial.

Curak di Masa Kini

Di masa kini, curak masih dilakukan sebagai bentuk rasa syukur atas berbagai pencapaian dalam hidup. Beberapa bentuk curak yang masih sering dijumpai di masyarakat antara lain:

  1. Curak empat dan tujuh bulanan bagi perempuan hamil, sebagai ungkapan syukur atas kesehatan ibu dan janin.
  2. Curak saat anak mulai bisa berjalan, sebagai rasa syukur atas tumbuh kembang anak.
  3. Curak setelah membeli barang baru, sebagai bentuk berbagi rezeki kepada sesama.
  4. Curak karena lulus sekolah atau naik jabatan, sebagai ungkapan syukur atas peningkatan derajat dan pencapaian hidup.

Masih banyak bentuk curak lainnya yang hingga kini tetap dilakukan dan diwariskan dalam kehidupan masyarakat.

Mengapa Curak Masih Bertahan di Tengah Zaman?

Ada beberapa alasan mengapa tradisi curak tetap hidup hingga sekarang:

  • Nilai-nilainya masih relevan dengan kehidupan masa kini.
  • Peran keluarga dan masyarakat yang terus mengenalkan tradisi ini kepada generasi berikutnya.
  • Curak menjadi bagian dari identitas budaya lokal yang tidak mudah ditinggalkan.

Meski bentuk pelaksanaannya bisa mengalami penyesuaian, makna dan nilai di dalamnya tetap dijaga.

Pada akhirnya, curak bukan sekadar tradisi lama yang dilakukan turun-temurun. Ia adalah cerminan nilai kebersamaan, rasa syukur, dan solidaritas sosial yang masih relevan hingga hari ini. Mengenal, menghargai, dan melestarikan tradisi curak berarti menjaga identitas budaya agar tetap hidup dan dapat diwariskan ke generasi berikutnya.

Tags:
budaya indonesia Warisan Budaya Kearifan Lokal Curak Tradisi Lokal

Komentar Pengguna