Keboncinta.com-- Generasi Alpha tumbuh di era layar. Sejak usia dini, mereka akrab dengan gawai, gim daring, dan dunia digital tanpa batas. Tantangan terbesar bagi orang tua muslim bukan sekadar membatasi waktu layar, tetapi menanamkan tauhid agar anak memiliki fondasi iman yang kokoh di tengah derasnya arus teknologi.
Tauhid adalah pengenalan anak bahwa Allah adalah pusat hidupnya. Pendidikan tauhid tidak harus selalu berbentuk ceramah. Dalam fiqih dan tarbiyah Islam, keteladanan adalah metode utama. Ketika orang tua memulai aktivitas dengan basmalah, menjaga shalat tepat waktu, dan menampakkan ketergantungan hanya kepada Allah, anak belajar bahwa teknologi hanyalah alat, bukan tuan.
Langkah pertama adalah menghadirkan Allah dalam bahasa anak. Saat anak menang dalam gim atau mendapatkan level baru, orang tua dapat mengaitkannya dengan rasa syukur kepada Allah. Ketika kalah, ajarkan konsep takdir dan sabar. Dengan cara ini, tauhid menjadi hidup dan relevan dengan dunia mereka, bukan konsep abstrak yang jauh dari keseharian.
Kedua, mengelola gadget dengan nilai tauhid, bukan larangan kosong. Islam tidak mengajarkan sikap anti-teknologi, tetapi pengendalian diri. Orang tua dapat menetapkan aturan waktu layar sebagai bagian dari amanah menjaga diri. Jelaskan bahwa tubuh, waktu, dan kemampuan adalah titipan Allah yang akan dimintai pertanggungjawaban. Anak yang memahami alasan syar’i akan lebih mudah taat dibanding anak yang hanya takut dimarahi.
Ketiga, membangun momen ibadah yang bermakna. Shalat berjamaah di rumah, doa bersama sebelum tidur, dan kisah para nabi dapat menjadi “pengimbang spiritual” dari dunia gim dan media sosial. Ceritakan kisah Nabi Ibrahim tentang tauhid, atau Luqman Al-Hakim yang menasihati anaknya agar tidak menyekutukan Allah. Kisah ini membentuk imunitas iman di hati anak.
Terakhir, orang tua perlu menyadari bahwa gadget tidak bisa dikalahkan dengan kemarahan, tetapi dengan kedekatan. Anak yang hatinya dekat dengan orang tua akan lebih mudah diarahkan kepada Allah. Ketika rumah menjadi tempat aman dan penuh kasih, tauhid tumbuh sebagai kebutuhan, bukan paksaan.
Mendidik Gen Alpha bukan tentang menjauhkan mereka dari teknologi, melainkan menyiapkan hati yang mengenal Allah. Dengan tauhid yang kuat, anak mampu menjelajah dunia digital tanpa kehilangan arah pulang: kepada Rabb-nya.