Keboncinta.com-- Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar menegaskan komitmen Kementerian Agama untuk memberikan perhatian penuh terhadap kebutuhan logistik serta pemulihan rumah ibadah dan layanan pendidikan pascabencana banjir dan longsor di Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat.
Penegasan tersebut disampaikan dalam kegiatan “Donasi Peduli Sumatra bersama Wali” yang digelar di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jumat (12/12/2025).
Menag menyampaikan bahwa Kementerian Agama bersama para pemangku kepentingan akan bergerak cepat menangani kebutuhan paling mendesak bagi para penyintas bencana.
Fokus utama saat ini adalah pemenuhan kebutuhan dasar seperti makanan, minuman, dan tempat tinggal sementara, termasuk pemulihan fasilitas keagamaan dan pendidikan.
“Besok kita akan turun untuk menangani hal-hal yang sangat darurat: makanan, minuman, tempat tinggal sementara. Dan madrasah, masjid, serta rumah ibadah lain juga bagian dari tanggung jawab Kementerian Agama,” ujar Menag.
Menurutnya, pendataan kerusakan telah dilakukan secara menyeluruh. Data tersebut mencakup jumlah madrasah, masjid, rumah ibadah lintas agama, keluarga terdampak, mahasiswa asal Sumatra yang berada di Pulau Jawa, anak yatim, hingga korban meninggal dunia. Pendataan ini menjadi dasar penentuan skala prioritas penanganan.
“Yang penting kita sudah mendata berapa madrasah, berapa rumah ibadah, berapa masjid, berapa yang meninggal, dan berapa anak yatim. Ini akan menjadi dasar prioritas. Mahasiswa yang terdampak penuh juga diprioritaskan,” tegasnya.
Kegiatan yang diinisiasi Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam ini juga dirangkaikan dengan Kick Off Program Pemberdayaan Rumah Ibadah, Deklarasi Damai Tokoh Lintas Agama, serta lelang amal dua helm bertanda tangan personel band Wali.
Helm tersebut masing-masing terjual senilai Rp15 juta dan Rp55 juta, dengan seluruh hasilnya didonasikan untuk membantu penyintas bencana di Sumatra.
Menag mencontohkan berbagai langkah lintas daerah yang telah dilakukan Kemenag dalam membantu mahasiswa terdampak bencana, mulai dari penyediaan makan gratis, bantuan tempat tinggal sementara, hingga dukungan logistik bagi keluarga yang harus mengungsi ke Pulau Jawa.
Baca Juga: Kemenag Tetapkan 90 Buku PAI dan Bahasa Arab Sebagai Buku Layak Terbit Tahun 2025
Lebih jauh, Menag menekankan bahwa penanganan bencana tidak boleh berhenti pada fase tanggap darurat semata. Dampak jangka panjang, terutama terhadap masa depan generasi muda, harus menjadi perhatian serius.
“Kita bukan hanya memikirkan sekarang. Pemulihan generasi mereka bisa memerlukan 30 tahun. Karena itu, Menteri Agama harus secara rasional memberi perhatian khusus. Jika tidak, anak-anak di sana bisa kehilangan masa depan,” ungkapnya.
Terkait kerusakan fisik bangunan, Menag menegaskan bahwa pemulihan rumah ibadah merupakan mandat Kementerian Agama yang harus dilaksanakan secara terencana dan berkelanjutan.
Rumah ibadah diharapkan kembali berfungsi sebagai pusat spiritual, sosial, dan psikologis bagi masyarakat terdampak.
Menag juga menegaskan bahwa solidaritas sosial merupakan fondasi utama bangsa dalam menghadapi bencana.
Ia mengajak seluruh elemen masyarakat untuk menumbuhkan empati dan kepedulian, tanpa menunggu kemampuan materi yang besar.
“Sekecil apa pun bantuan kita, sangat berarti. Ujian ini bukan hanya bagi mereka yang terkena musibah, tapi juga bagi kita yang tidak terdampak. Mampukah kita berempati?” tuturnya.
Acara tersebut turut dihadiri jajaran Staf Khusus dan Tenaga Ahli Menteri Agama, para pejabat eselon I Kementerian Agama, serta civitas akademika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.***